

Market Analysis
Dalam dunia pasar keuangan untuk memilih indikator yang simpel namun efektif bisa menjadi kunci sukses dalam meraih keuntungan. Salah satu indikator populer yang banyak digunakan oleh trader dari berbagai level adalah Supertrend.
Indikator Supertrend terkenal karena kejelasannya dalam menunjukkan arah tren dan memberikan sinyal entry dan exit yang relatif mudah dibaca, bahkan untuk pemula. Namun, supaya hasil trading Anda lebih maksimal, Anda perlu memahami cara kerja, cara setting, dan strategi trading terbaik menggunakan Supertrend.
Apa Itu Indikator Supertrend?
Indikator Supertrend adalah indikator teknikal berbasis tren yang dirancang untuk memberikan sinyal beli (buy) atau jual (sell) berdasarkan pergerakan harga dan volatilitas pasar.
Indikator ini dibangun menggunakan dua komponen utama:
-
Average True Range (ATR) = Mengukur volatilitas pasar
-
Multiplier = Faktor pengali untuk mengatur jarak garis Supertrend dari harga
Prinsip kerjanya sangat sederhana:
-
Saat harga berada di atas garis Supertrend = Sinyal Buy (tren naik)
-
Saat harga berada di bawah garis Supertrend = Sinyal Sell (tren turun)
Supertrend sangat efektif untuk mengenali tren utama dan membantu trader tetap berada di sisi yang benar dari pasar.
Cara Setting Indikator Supertrend
Sebelum menerapkan strategi, Anda perlu tahu dulu bagaimana cara mengatur indikator ini.
1. Tambahkan Indikator Supertrend di Chart
Jika Anda menggunakan platform seperti MetaTrader, TradingView, atau platform lainnya, Anda bisa menemukan Supertrend di bagian indikator teknikal. Cukup ketik "Supertrend" dan tambahkan ke grafik.
2. Setting Parameter Supertrend
Biasanya Supertrend memiliki dua parameter utama:
-
ATR Period: Umumnya diatur di angka 10 atau 14
-
Multiplier: Biasanya disarankan 3.0 atau 2.0
Contoh setting umum:
-
ATR Period: 10
-
Multiplier: 3.0
Namun, Anda bebas menyesuaikan angka ini tergantung pada:
-
Time frame yang digunakan
-
Volatilitas pasar
-
Gaya trading Anda (agresif atau konservatif)
Tips:
Semakin kecil nilai multiplier, garis Supertrend akan lebih dekat ke harga → lebih banyak sinyal, tetapi lebih rentan terhadap noise (sinyal palsu).
Strategi Trading Menggunakan Indikator Supertrend
Setelah setting selesai, sekarang masuk ke bagian paling penting: bagaimana cara menggunakannya dalam trading.
Berikut beberapa strategi praktis yang bisa Anda terapkan:
1. Strategi Dasar: Buy dan Sell Berdasarkan Warna Supertrend
Strategi paling sederhana adalah langsung mengikuti arah garis Supertrend:
-
Buy: Saat Supertrend berubah dari merah ke hijau (harga di atas garis)
-
Sell: Saat Supertrend berubah dari hijau ke merah (harga di bawah garis)
Aturan Tambahan:
-
Tempatkan stop loss di bawah/atas garis Supertrend
-
Target profit bisa menggunakan rasio Risk:Reward 1:2 atau mengikuti support-resistance terdekat
Kelebihan strategi ini:
-
Mudah diterapkan
-
Cocok untuk pemula
-
Minim subyektivitas
2. Kombinasi Supertrend + Moving Average
Untuk mengurangi sinyal palsu, Anda bisa menambahkan Moving Average sebagai filter.
Strategi:
-
Hanya ambil posisi Buy jika harga juga di atas MA (misal MA50)
-
Hanya ambil posisi Sell jika harga juga di bawah MA
Ini membantu Anda hanya trading searah dengan tren yang lebih besar.
Contoh Pengaturan:
-
MA: 50-period Exponential Moving Average (EMA)
-
Supertrend: ATR 10, Multiplier 3.0
Aturan Masuk Posisi:
-
Buy jika Supertrend hijau + harga di atas MA50
-
Sell jika Supertrend merah + harga di bawah MA50
3. Supertrend + Oscillator (RSI atau Stochastic)
Untuk meningkatkan akurasi, Anda bisa menggabungkan Supertrend dengan oscillator seperti RSI atau Stochastic.
Strategi:
-
Cari konfirmasi overbought/oversold untuk masuk posisi.
-
Contoh:
-
Supertrend hijau + RSI di atas 50 → konfirmasi buy
-
Supertrend merah + RSI di bawah 50 → konfirmasi sell
Dengan strategi ini, Anda bisa menambah keyakinan sebelum membuka posisi dan mengurangi sinyal jebakan.
4. Supertrend untuk Scalping di Time Frame Kecil
Kalau Anda suka trading cepat (scalping), Supertrend juga bisa dipakai di time frame kecil seperti M5 atau M15.
Tips untuk Scalping:
-
Gunakan setting lebih sensitif (misal ATR 7, multiplier 2.0)
-
Target profit kecil (10-30 pips) dengan stop loss ketat
-
Pastikan trading di jam pasar aktif (London / New York session)
Dengan setup ini, Anda bisa "menangkap" momentum-momentum kecil di pasar dengan risiko yang terukur.
Kelebihan Menggunakan Supertrend
Berikut kelebihan menggunakan Indikator Supertrend yang harus Anda ketahui:
1. Mudah Dibaca dan Dipahami
Supertrend sangat sederhana:
-
Garis hijau = sinyal beli
-
Garis merah = sinyal jual
Cocok banget untuk pemula yang butuh indikator visual tanpa harus menganalisis grafik terlalu rumit.
2. Memberikan Sinyal Tren dengan Jelas
Supertrend bekerja mengikuti tren harga. Kalau trend berubah, garis Supertrend akan langsung berganti warna, memberi sinyal jelas untuk entry atau exit.
3. Efektif dalam Market yang Trending
Kalau market sedang trending (naik terus atau turun terus), Supertrend bisa mengunci profit karena memberi sinyal untuk bertahan dalam arah tren yang kuat.
4. Bisa Digunakan di Semua Timeframe
Mau scalping di M5 atau swing trading di time frame H4, Supertrend tetap bisa dipakai. Fleksibel banget sesuai gaya trading Anda.
5. Kombinasi Bagus dengan Indikator Lain
Supertrend sering dipasangkan dengan indikator lain seperti RSI atau Moving Average untuk mengonfirmasi sinyal, sehingga bisa meningkatkan akurasi entry.
Kekurangan Menggunakan Supertrend
Berikut kekurangan menggunakan Indikator Supertrend yang harus Anda ketahui:
1. Kurang Akurat di Market Sideways
Kalau pasar bergerak sideways (tidak trending), Supertrend bisa banyak memberikan sinyal palsu (false signals), menyebabkan entry keluar masuk pasar tanpa arah jelas.
2. Sinyal Terlambat
Supertrend berbasis pada ATR (Average True Range), sehingga ada sedikit keterlambatan dalam mendeteksi perubahan tren. Kadang Anda baru dapat sinyal setelah tren sudah mulai bergerak jauh.
3. Bisa Terkena Whipsaw
Dalam market yang volatil dan tidak stabil, garis Supertrend bisa bolak-balik berganti warna, bikin trader bingung kapan harus entry atau exit.
4. Perlu Settingan yang Tepat
Kalau parameter multiplier dan ATR period tidak disesuaikan dengan kondisi pasar dan timeframe, Supertrend bisa terlalu sensitif atau terlalu lambat memberikan sinyal.
5. Tidak Memberikan Target Take Profit
Supertrend hanya menunjukkan arah tren, tapi tidak memberikan informasi kapan sebaiknya Anda ambil profit. Anda perlu mengatur strategi take profit sendiri, misalnya berdasarkan support-resistance atau trailing stop.
Karena itu, penting untuk tidak hanya bergantung pada Supertrend saja, tetapi mengkombinasikannya dengan indikator lain atau analisa price action.
Tips Tambahan agar Trading dengan Supertrend Lebih Optimal
-
Gunakan pada pasar yang trending (hindari pasar flat).
-
Backtest strategi sebelum diterapkan di akun real.
-
Manajemen risiko tetap prioritas: gunakan stop loss pada setiap entry.
-
Perhatikan berita besar (NFP, FOMC, CPI) yang bisa menyebabkan volatilitas tinggi.
-
Latih kesabaran, jangan buru-buru entry sebelum konfirmasi muncul.
Dengan disiplin dan pemahaman mendalam tentang cara kerja Supertrend, Anda bisa meningkatkan peluang sukses dalam trading jangka panjang.
Indikator Supertrend adalah alat sederhana namun powerful yang membantu trader dalam mengidentifikasi arah tren dan memberikan sinyal entry/exit yang jelas.
Dengan setting yang tepat dan strategi terukur, baik menggunakan Supertrend saja atau dikombinasikan dengan indikator lain seperti Moving Average dan RSI Anda bisa memanfaatkan kekuatan tren untuk meraih peluang profit dengan konsisten.
Ingat, kunci utamanya bukan hanya mengikuti sinyal buta, melainkan menggabungkan analisa, manajemen risiko yang disiplin, dan pemahaman waktu pasar.
Mulailah trading sekarang di Dupoin #One-Stop Trading Platform! Download aplikasinya untuk mendapatkan update terbaru seputar dunia trading dan investasi. Dan jangan lupa untuk selalu membagikan konten ini ke sesama trader lainnya. Semoga bermanfaat!