

Market Analysis
Bloomberg Technoz, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan setidaknya terdapat tiga alasan dibalik keputusan pemangkasan suku bunga acuan atau BI Rate pada rapat dewan gubernur (RDG) Mei 2025.
Pertama, inflasi yang rendah. BI memproyeksikan indeks harga konsumen (IHK) akan mengalami inflasi 2,6% pada akhir tahun. Angka ini berada dalam rentang 2,5% plus minus 1%. Perlu diketahui, inflasi IHK pada April 2025 sebesar 1,95% secara tahunan (year-on-year/yoy), dengan inflasi inti tetap terkendali sebesar 2,50% (yoy).
"Seperti tadi kami sampaikan di dalam negeri inflasi kita rendah. Akhir tahun ini kami berkirakan inflasi itu kemungkinan sekitar 2,6%, jadi rendah," ujar Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur Mei 2025, Rabu (21/5/2025).
Kedua, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang rendah. Perry menggarisbawahi realisasi sebesar 4,87% (yoy) pada kuartal I-2025 lebih rendah dibandingkan dengan 5,02% pada kuartal IV-2024.
Selain itu, BI memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia berada dalam kisaran 4,6–5,4% pada 2025, lebih rendah dari kisaran proyeksi sebelumnya 4,7–5,5%.
Terakhir, nilai tukar yang stabil dan cenderung menguat. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga 20 Mei 2025 menguat sebesar 1,13% (point to point/ptp) dibandingkan dengan posisi akhir April 2025. Rupiah juga cenderung menguat dibandingkan dengan kelompok mata uang negara berkembang mitra dagang utama Indonesia dan kelompok mata uang negara maju di luar dolar AS.
"Untuk volatilitas nilai tukar rupiah, tadi kami terus around the clock, around the world intervensi non-delivarable forward [NDF] di Hongkong, Eropa, New York terus-terusan," ujarnya.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 Mei 2025 memutuskan untuk menurunkan BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 5,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,25%.