

Market Analysis

JAKARTA, KOMPAS.com - Perang dagang yang berpotensi mengubah tatanan ekonomi global membuat emas sebagai aset strategis menjadi primadona.
Bank-bank sentral telah menimbun ribuan ton emas batangan, sementara institusi dan investor ritel ramai-ramai membeli logam mulia ini sebagai lindung nilai terhadap risiko pasar.
Menurut survei terbaru dari Gallup, setelah mencapai rekor tertinggi sepanjang masa pada bulan April, emas kini melampaui saham sebagai pilihan investasi jangka panjang paling populer kedua di kalangan warga Amerika.
Untuk memenuhi lonjakan permintaan, para penambang emas juga meningkatkan produksi.
Baca juga: Apa Dampak Kesepakatan Dagang AS-China ke Harga Emas dan Minyak Mentah?
Dewan Emas Dunia (World Gold Council) memperkirakan bahwa produksi tambang emas global mencapai rekor 3.661 ton (hampir 120 juta ons) pada tahun 2024, dengan peningkatan signifikan dari sejumlah wilayah atau operasi penghasil utama.
Nah tambah emas mana saja yang mempunyai produksi terbesar?
Berikut ini adalah 10 operasi tambang emas terbesar pada 2024, berdasarkan produksi aktual atau estimasi seperti dikutip dari Mining.com:
1. Nevada Gold Mines
Nevada Gold Mines menduduki peringkat pertama dengan produksi 2.698.701 ons emas pada 2024. Tambang ini merupakan usaha patungan antara Barrick (68,5 persen) dan Newmont (38,5 persen).
Kompleks ini terdiri dari 10 tambang bawah tanah dan 12 tambang terbuka di negara bagian Nevada, AS, dan telah menjadi tambang dengan produksi tertinggi sejak Barrick dari Kanada membatalkan upaya pengambilalihan atas Newmont pada 2019 dan beralih ke kesepakatan damai yang membentuk usaha patungan tersebut.
2. Muruntau
Tambang Muruntau milik perusahaan Navoi Mining & Metallurgical Company (NMMC) di Uzbekistan berada di peringkat kedua dengan estimasi produksi sebesar 2.676.656 ons emas.
Tahun lalu, NMMC menginvestasikan lebih dari 23 juta dolar AS untuk memperluas area tambang terbuka ini. Menurut para geolog, Muruntau merupakan tambang dengan cadangan emas terbesar di dunia, diperkirakan mencapai 4.500 ton emas.
3. Grasberg
Tambang Grasberg, usaha patungan antara Freeport McMoRan (48,76 persen) dan PT Mineral Industri Indonesia atau Mind Id (51,24 persen), berada di posisi ketiga dengan produksi sebesar 1.861.000 ons emas.
Pada 2022, PT Freeport Indonesia meluncurkan armada pemecah batu otomatis pertama di dunia di lokasi ini.
4.Olimpiada
Tambang Olimpiada milik Polyus, yang terletak 550 km di utara Kota Krasnoyarsk, Rusia tengah, menduduki posisi keempat dengan produksi sebesar 1.441.300 ons pada 2024.
Pada 2023, produsen emas terbesar Rusia ini menyelesaikan program pembelian kembali saham senilai 579,4 miliar rubel (sekitar 5,8 miliar dollar AS) untuk meningkatkan fleksibilitas keuangan bagi ekspansi atau akuisisi masa depan.
5. Kompleks Almalyk
Di posisi kelima adalah kompleks milik Almalyk Mining and Metals Combine di Uzbekistan, dengan estimasi produksi 1.114.000 ons emas pada 2024. Almalyk MMC juga merupakan produsen tembaga utama negara tersebut. Tahun lalu, perusahaan ini mengumumkan program ekspansi senilai 15 miliar dolar AS untuk meningkatkan produksi katoda tembaga menjadi 400.000 ton metrik per tahun pada 2030.
6. Batu Hijau
Batu Hijau di Indonesia, milik PT Amman Mineral Nusa Tenggara, berada di posisi keenam dengan estimasi produksi 1.009.000 ons emas pada 2024. Pada 2023, Amman Minerals masuk dalam daftar 50 saham tambang paling bernilai di dunia versi MINING.com setelah IPO yang menciptakan setidaknya enam miliarder baru.
7. Kazzinc Consolidated
Kazzinc Consolidated di Kazakhstan, yang dimiliki oleh Kazzinc Ltd, berada di posisi ketujuh dengan produksi 1.000.000 ons emas. Tahun lalu, perusahaan komoditas asal Swiss, Glencore, membatalkan rencana menjual 70% sahamnya di Kazzinc setelah calon pembeli dari China gagal menyamai valuasi perusahaan yang memproduksi seng, timbal, dan logam mulia tersebut.
8. Ahafo
Tambang Ahafo di Ghana, yang 90 persen dimiliki oleh Newmont dan 10 persen oleh pemerintah Ghana, menduduki posisi kedelapan dengan produksi 798.000 ons. Ahafo adalah satu-satunya operasi Newmont di Afrika. Tambang ini mulai berproduksi secara komersial pada 2006 dan mencakup operasi tambang terbuka dan bawah tanah.
9. Loulo-Gounkoto
Kompleks Loulo-Gounkoto, tambang terbesar milik Barrick di Mali, berada di posisi kesembilan dengan estimasi produksi 693.863 ons emas pada 2024. Barrick menguasai 80 persen, sementara pemerintah Mali memiliki 20 persen. Perusahaan ini tengah bersengketa dengan otoritas Mali terkait dugaan pajak yang belum dibayar, yang dipicu oleh revisi undang-undang pertambangan Mali tahun 2023 yang meningkatkan porsi kepemilikan pemerintah. Pada April lalu, kantor Barrick di ibu kota ditutup, dan empat eksekutifnya masih ditahan.
10. Kibali
Tambang Kibali di Republik Demokratik Kongo, dimiliki oleh AngloGold Ashanti (45 persen), Barrick (45 persen), dan Societe Miniere de Kilo-Moto (10 persen), berada di posisi ke-10 dengan produksi sebesar 686.667 ons emas pada 2024. Tahun lalu, Barrick mengumumkan penemuan cadangan emas baru di dekat lokasi tersebut. Penemuan ini diharapkan dapat memperpanjang umur tambang dan meningkatkan produksinya. Kibali merupakan tambang emas terbesar di Afrika.