English
English
Tiếng Việt
ภาษาไทย
繁體中文
한국어
Bahasa Indonesia
Español
Português
zu-ZA
0

Market Analysis

Waspada Window Dressing Saham dan Kerugian bagi Investor
Dupoin · 444.4K Views

window dressing saham

Kapan window dressing saham terjadi di pasar saham? Umumnya window dressing terjadi di akhir tahun. Strategi ini dilakukan untuk memperbaiki citra perusahaan di bursa efek yang ditandai dengan volume perdagangan yang tinggi dan laporan keuangan yang menarik sehingga terlihat menjanjikan bagi investor.

Fenomena dimana nilai IHSG atau Indeks Harga Saham Gabungan mengalami kenaikan menjadi salah satu penanda window dressing. Istilah window dressing merujuk pada suatu tindakan untuk menarik perhatian.

Dalam dunia ritel, toko-toko di mall atau swalayan sering memperbarui tampilan etalase mereka agar pelanggan tertarik masuk ke dalam toko dan membeli. Sama halnya dengan dunia ritel, dalam dunia investasi seperti saham, window dressing sering dilakukan.

Bisa dilihat dari daftar IHSG dari 2000 sampai 2019, yang menunjukkan angka IHSG umumnya mengalami kenaikan di akhir tahun. Hal ini yang menarik para investor untuk membeli saham karena perusahaan berusaha menarik investor dengan fundamental yang menarik.

Gambar: IHSG 2000 - 2019 by Stockbit/ Redddit

Apa itu Window Dressing Saham?

Window dressing adalah sebuah strategi yang digunakan oleh perusahaan atau manajer investasi untuk meningkatkan tampilan laporan keuangan mereka, terutama menjelang akhir periode pelaporan. Yang bertujuan untuk menciptakan kesan positif pada kondisi keuangan perusahaan atau kinerja investasi di mata investor atau pemegang saham.

Dalam konteks pasar saham, istilah ini seringkali merujuk pada upaya untuk memanipulasi harga saham atau laporan keuangan agar terlihat lebih baik dari kenyataan, dengan tujuan untuk menarik perhatian investor dan meningkatkan nilai pasar perusahaan.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan saat perusahaan atau manajer investasi ingin menampilkan kinerja yang lebih baik sebelum laporan keuangan dipublikasikan, seperti perusahaan mengurangi penyusutan yang dibebankan dan akan diakui di awal tahun, sehingga pengeluaran menjadi lebih kecil dan keuntungan akan lebih besar.

Meskipun cara yang digunakan tidak selalu ilegal, tindakan ini dapat menciptakan gambaran yang salah tentang kinerja perusahaan atau portofolio, yang dapat membingungkan para pemangku kepentingan.

Baca juga: Cegah Fomo Investasi dengan Smart Money Management 

Cara Kerja Window Dressing dari Perusahaan

Untuk mempercantik laporan keuangan perusahaan agar terlihat lebih menarik di mata investor dan pemegang saham. Maka berikut adalah cara kerja window dressing dari sisi perusahaan:

1. Mengatur Laporan Keuangan untuk Tampak Lebih Baik

Salah satu teknik utama dalam window dressing adalah melakukan pengaturan dalam laporan keuangan agar terlihat lebih menguntungkan, meskipun kondisi sebenarnya tidak terlalu baik. Beberapa cara yang sering digunakan perusahaan antara lain:

  • Menunda pengakuan biaya atau kerugian, misalnya perusahaan menunda pencatatan biaya operasional ke periode selanjutnya agar laba terlihat lebih besar pada laporan keuangan saat ini.
  • Mempercepat pencatatan pendapatan, perusahaan bisa mempercepat pengakuan pendapatan sebelum tutup buku, meskipun sebenarnya transaksi tersebut belum sepenuhnya selesai.
  • Menaikkan valuasi aset, perusahaan bisa menggunakan metode akuntansi tertentu untuk meningkatkan nilai aset di neraca mereka.

2. Melakukan Buyback Saham untuk Menaikkan Harga Saham

Perusahaan dapat melakukan buyback saham (pembelian kembali saham) untuk mengurangi jumlah saham yang beredar di pasar. Hal ini sering kali menyebabkan harga saham naik, karena permintaan meningkat sementara jumlah saham yang tersedia berkurang. Misalnya, perusahaan A Tbk mengumumkan program buyback saham senilai Rp1 triliun pada bulan Desember untuk mendorong kenaikan harga saham sebelum akhir tahun, sehingga investor melihat perusahaan dalam kondisi yang stabil.

3. Meningkatkan Dividen atau Bonus bagi Pemegang Saham

Untuk menarik perhatian investor, perusahaan bisa meningkatkan dividen atau memberikan bonus saham di akhir periode pelaporan. Hal ini membuat laporan keuangan terlihat lebih menarik dan meningkatkan kepercayaan pasar.

4. Menjual Aset untuk Meningkatkan Laba

Beberapa perusahaan menjual aset yang tidak produktif atau melakukan sale and leaseback (menjual aset lalu menyewanya kembali) untuk meningkatkan laba dalam laporan keuangan.

Misalnya, sebuah perusahaan ritel menjual sebagian properti miliknya kepada pihak ketiga, lalu menyewanya kembali untuk operasional. Dengan demikian, laporan keuangan mencatat keuntungan dari penjualan aset tersebut, meskipun kondisi bisnis sebenarnya tidak mengalami perbaikan signifikan.

5. Mengurangi Utang atau Restrukturisasi Keuangan Sementara

Perusahaan bisa membayar utang dalam jumlah besar tepat sebelum laporan keuangan dirilis untuk menunjukkan rasio utang yang lebih rendah. Namun, setelah laporan diterbitkan, mereka bisa kembali mengambil utang baru.

Baca juga: Panduan Praktis Menghitung Pivot Point untuk Pemula

Pelaku dan Peran dalam Window Dressing

Window dressing melibatkan berbagai pihak yang memiliki kepentingan dalam meningkatkan citra keuangan atau investasi. Berikut adalah beberapa pelaku utama dalam praktik window dressing beserta peran mereka:

1. Perusahaan Emiten

Perusahaan emiten ingin mempercantik laporan keuangan agar terlihat lebih menarik di mata investor, sehingga melakukan strategi seperti menunda pencatatan biaya, mempercepat pengakuan pendapatan, atau menjual aset untuk meningkatkan laba sementara, melakukan buyback saham untuk menaikkan harga saham di pasar, dan mengumumkan dividen yang tinggi. 

2. Manajer Investasi (Fund Manager)

Fund manager berperan untuk mengatur ulang portofolio reksa dana untuk menunjukkan kinerja lebih baik sebelum laporan akhir tahun atau kuartal dirilis. Kemudian membeli saham-saham berkinerja baik untuk meningkatkan return dalam jangka pendek, yang selanjutnya menjual saham yang berkinerja buruk agar tidak terlihat dalam laporan portofolio.

3. Investor Institusi

Sebagai investor institusi, tentunya window dressing dimanfaatkan sebagai momen untuk membeli saham-saham yang sedang naik akibat strategi ini. Dan tetap menjaga harga saham tetap stabil dengan membeli saham-saham unggulan di periode tertentu, sekaligus menghindari saham yang kemungkinan besar mengalami penurunan setelah window dressing berakhir.

4. Analis dan Pialang Saham (Broker)

Analis dan pialang saham turut mengambil peran di momen window dressing ini dengan memberikan rekomendasi saham kepada klien berdasarkan pola window dressing yang sering terjadi di pasar, mengidentifikasi saham yang berpotensi naik karena aksi beli dari manajer investasi atau emiten sekaligus mengingatkan investor tentang potensi koreksi harga setelah window dressing berakhir.

5. Regulator Pasar Modal (OJK & BEI)

Sebagai regulator, OJK dan BEI memiliki peran untuk mengawasi aktivitas perdagangan untuk memastikan tidak ada manipulasi harga yang merugikan investor ritel, menetapkan aturan transparansi laporan keuangan agar investor dapat melihat kondisi keuangan perusahaan dengan lebih jelas, dan mencegah praktek window dressing yang berlebihan melalui kebijakan pengungkapan informasi dan audit perusahaan.

tergulasi bappebti & ojk

Tujuan Window Dressing dari Sisi Perusahaan

Window dressing dilakukan oleh perusahaan dengan berbagai tujuan strategis, terutama untuk memperbaiki citra keuangan dan meningkatkan daya tarik bagi investor. Berikut adalah beberapa tujuan utama perusahaan melakukan window dressing.

1. Menarik Investor Baru

Dengan menunjukkan laporan keuangan yang sehat agar saham perusahaan terlihat lebih menjanjikan. Misalnya, jika perusahaan yang sedang mencari pendanaan baru dapat mempercantik laporan keuangan agar lebih banyak investor tertarik untuk membeli saham atau obligasi mereka.

2. Meningkatkan Harga Saham di Pasar

Dengan menaikkan harga saham dalam jangka pendek di momen window dressing akan memberikan gambaran bahwa harga saham terlihat lebih stabil dan menguntungkan, sekaligus menghindari anjloknya harga saham akibat sentimen negatif di pasar.

3. Meningkatkan Kredibilitas dan Citra Perusahaan

Kredibilitas dan citra perusahaan adalah sesuatu yang penting di mata investor. Hal ini dapat dilakukan dengan menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik, meskipun kondisi aslinya mungkin tidak sebaik yang terlihat. Sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham dan mitra bisnis.

4. Menghindari Risiko Penurunan Rating Kredit

Menjaga rasio keuangan agar tetap sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh lembaga pemeringkat kredit merupakan salah satu tujuan dari window dressing bagi perusahaan. Sekaligus untuk mencegah kenaikan biaya bunga atau penurunan peringkat kredit yang bisa merugikan perusahaan.

5. Meningkatkan Kepercayaan dari Pemegang Saham

Kepercayaan adalah hal mahal dalam dunia investasi, sehingga momen window dressing digunakan untuk menjaga kepercayaan pemegang saham lama agar tetap mempertahankan investasinya, dan mencegah kepanikan di kalangan investor akibat laporan keuangan yang kurang baik.

6. Mendukung Negosiasi dengan Mitra Bisnis dan Pihak Ketiga

Untuk mengembangkan suatu bisnis atau perusahaan, tentunya perusahaan membutuhkan mitra. Sehingga dengan memperlihatkan kondisi keuangan yang stabil dapat membuat kontrak atau kerja sama bisnis diperoleh denga mudah. Sekaligus meyakinkan bank atau lembaga keuangan untuk memberikan pinjaman dengan syarat yang lebih baik.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Bursa Saham Asia

Keuntungan Window Dressing bagi Investor

Meskipun window dressing sering dikritik karena dapat memberikan gambaran yang menyesatkan tentang kinerja suatu perusahaan atau portofolio investasi, ada beberapa keuntungan yang bisa didapatkan oleh investor jika mereka mampu memanfaatkan fenomena ini dengan bijak. Berikut adalah beberapa manfaat window dressing bagi investor:

1. Peluang Mendapatkan Keuntungan dari Kenaikan Harga Saham

Ketika manajer investasi atau perusahaan melakukan window dressing, harga saham tertentu bisa mengalami lonjakan dalam waktu singkat. Investor yang memahami pola ini dapat membeli saham sebelum window dressing terjadi dan menjualnya saat harga sedang naik, sehingga mendapatkan keuntungan dari pergerakan harga jangka pendek.

2. Momentum Positif di Pasar

Window dressing sering kali menciptakan optimisme di pasar, terutama ketika saham-saham yang memiliki fundamental baik mengalami kenaikan harga akibat aksi beli dari institusi besar. Investor yang cermat bisa memanfaatkan momentum ini untuk masuk ke pasar sebelum tren naik berlanjut.

3. Meningkatkan Nilai Portofolio dalam Jangka Pendek

Bagi investor yang memegang saham yang terkena dampak window dressing, kenaikan harga yang terjadi bisa memberikan peningkatan nilai portofolio mereka. Ini bisa menjadi keuntungan terutama bagi mereka yang ingin menjual saham dalam waktu dekat untuk merealisasikan keuntungan.

4. Kesempatan Menyesuaikan Portofolio

Window dressing seringkali menyoroti saham-saham yang sedang naik, sehingga investor bisa mendapatkan gambaran tentang saham mana yang sedang diminati oleh institusi besar. Ini bisa menjadi referensi bagi investor untuk menyesuaikan portofolio mereka dengan saham yang memiliki prospek cerah.

5. Efek Psikologis dan Sentimen Pasar

Saat window dressing terjadi, banyak investor ritel yang ikut terdorong untuk membeli saham karena melihat kenaikan harga. Investor yang memahami strategi ini dapat memanfaatkan efek psikologis tersebut untuk masuk lebih awal sebelum euforia pasar memuncak.

spread rendah mulai dari 0.0

Kerugian Window Dressing bagi Investor

Meskipun window dressing bisa menciptakan momentum positif di pasar, ada beberapa risiko yang perlu diperhatikan oleh investor. Jika tidak berhati-hati, investor bisa terjebak dalam ilusi kenaikan harga sementara yang tidak mencerminkan kondisi fundamental sebenarnya. Berikut beberapa kerugian window dressing bagi investor:

1. Investor Bisa Tertipu dengan Kenaikan Harga Semu

Window dressing dapat menyebabkan lonjakan harga saham yang sementara. Setelah periode pelaporan berakhir, harga saham bisa kembali turun karena tidak didukung oleh fundamental yang kuat. Investor yang membeli saham saat harga sudah naik berisiko mengalami kerugian ketika harga kembali ke nilai wajarnya.

2. Adanya Manipulasi Laporan Keuangan

Perusahaan yang melakukan window dressing sering kali "memperindah" laporan keuangan mereka dengan cara tertentu, seperti menunda pencatatan kerugian atau meningkatkan laba secara artifisial. Investor yang tidak teliti dalam membaca laporan keuangan bisa salah menilai kesehatan keuangan perusahaan dan akhirnya berinvestasi di perusahaan yang sebenarnya tidak sehat.

3. Mengaburkan Penilaian Fundamental Saham

Fenomena window dressing dapat membuat saham tertentu terlihat lebih menarik dibandingkan saham lain, meskipun secara fundamental tidak lebih baik. Hal ini dapat mengalihkan perhatian investor dari saham yang benar-benar berkualitas ke saham yang hanya "dipoles" sementara.

4. Meningkatkan Volatilitas Pasar

Saat window dressing terjadi, beberapa saham bisa mengalami kenaikan harga yang cepat dan tajam. Namun, setelah strategi ini berakhir, harga bisa turun drastis. Volatilitas ini bisa merugikan investor yang tidak siap menghadapi pergerakan harga yang tajam.

5. Berisiko Salah Ambil Keputusan Investasi

Investor yang tidak memahami window dressing bisa salah mengambil keputusan, seperti membeli saham pada harga tinggi atau menjual saham yang sebenarnya memiliki prospek bagus hanya karena mengikuti arus pasar yang dipengaruhi oleh window dressing.

Baca juga: Pengenalan Equity dalam Trading

Tips Membeli Saham Saat Window Dressing bagi Investor

Window dressing sering kali menyebabkan kenaikan harga saham tertentu dalam waktu singkat, sehingga bisa menjadi peluang bagi investor yang ingin mendapatkan keuntungan. Namun, agar tidak terjebak dalam saham yang hanya naik sementara, investor perlu menerapkan strategi yang tepat. Berikut adalah beberapa tips membeli saham saat window dressing:

1. Pilih Saham dengan Fundamental yang Kuat dan Prospek Bagus

Pastikan saham yang Anda beli memiliki fundamental yang solid, seperti laba yang konsisten, rasio utang yang sehat, dan prospek pertumbuhan yang baik. Hindari saham yang hanya mengalami kenaikan harga karena window dressing tanpa didukung oleh kinerja bisnis yang sebenarnya.

2. Pilih Saham yang Laggard terhadap Indeks IHSG atau Sektornya

Saham laggard adalah saham yang pergerakannya tertinggal dibandingkan dengan indeks atau sektor industri yang sejenis. Saham-saham ini bisa memiliki potensi untuk mengejar ketertinggalan setelah periode window dressing selesai.

3. Pilih Saham dengan Kapitalisasi Pasar yang Besar

Saham dengan kapitalisasi pasar yang besar atau blue chip biasanya lebih stabil dan tidak terlalu terpengaruh oleh manipulasi jangka pendek akibat window dressing. Saham-saham ini juga cenderung memiliki likuiditas tinggi dan menjadi pilihan utama bagi investor institusi.

4. Perhatikan Porsi Free Float yang Cukup Besar (Minimal 25%)

Saham dengan free float yang tinggi (minimal 25%) lebih likuid dan kecil kemungkinan untuk dimanipulasi oleh segelintir pelaku pasar. Saham yang terlalu likuid atau memiliki free float rendah lebih rentan terhadap volatilitas ekstrem akibat aksi window dressing.

5. Pilih Saham yang Dominan dalam Portofolio Investor Institusi

Saham yang banyak dimiliki oleh investor institusi atau manajer investasi biasanya memiliki tingkat kepercayaan yang lebih tinggi dan lebih stabil. Anda bisa melihat komposisi pemegang saham atau pergerakan dana asing sebagai indikator kepercayaan terhadap saham tersebut.

6. Jangan Terburu-Buru Membeli, Tunggu Konfirmasi Pergerakan Harga

Hindari membeli saham hanya karena melihat harga naik drastis. Sebaiknya, tunggu konfirmasi pergerakan harga dengan menganalisis volume perdagangan dan tren teknikal sebelum mengambil keputusan investasi.

7. Waspada terhadap Koreksi Setelah Window Dressing Berakhir

Harga saham yang naik karena window dressing sering kali mengalami koreksi setelah periode pelaporan berakhir. Jika Anda membeli saham saat harga sudah terlalu tinggi, ada risiko harga turun kembali ke level sebelumnya. Oleh karena itu, gunakan strategi buy on weakness atau tunggu momen yang lebih tepat untuk masuk pasar.

Baca juga: Trading Demo Dapat Uang dari Withdraw Dana, Mungkinkah?

Contoh Kondisi Window Dressing di Indonesia

Window dressing sering terjadi di pasar saham Indonesia, terutama menjelang akhir kuartal atau akhir tahun. Fenomena ini bisa diamati dari pola kenaikan harga saham tertentu yang biasanya terjadi secara tiba-tiba karena aksi beli dari manajer investasi, perusahaan, atau investor institusi. Berikut adalah beberapa contoh window dressing yang pernah terjadi di Indonesia:

1. Window Dressing di Akhir Tahun

Salah satu contoh paling umum dari window dressing terjadi setiap akhir tahun (Desember), ketika banyak manajer investasi melakukan pembelian saham untuk memperbaiki performa portofolio mereka sebelum laporan tahunan dirilis.

Misalnya, IHSG Menguat pada akhir tahun, akibatnya beberapa saham blue chip dan saham sektor perbankan mengalami lonjakan harga karena aksi window dressing. Saham seperti BBCA (Bank Central Asia) dan TLKM (Telkom Indonesia) mengalami kenaikan karena banyaknya aksi beli dari investor institusi yang ingin mempercantik portofolio mereka.

2. Window Dressing di Akhir Kuartal

Tidak hanya terjadi di akhir tahun, window dressing juga sering muncul setiap akhir kuartal (Maret, Juni, September, Desember), terutama di saham-saham yang menjadi bagian dari portofolio reksa dana.

Pada kuartal II 2022, saham-saham kapitalisasi besar seperti BBRI (Bank Rakyat Indonesia) dan UNVR (Unilever Indonesia) mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada minggu terakhir Juni. Saham-saham ini menarik minat investor karena banyak manajer investasi yang ingin menunjukkan kinerja positif pada laporan kuartalan mereka.

3. Window Dressing di Sektor Perbankan dan Barang Konsumsi

Sektor perbankan dan barang konsumsi sering kali menjadi target window dressing karena memiliki bobot besar dalam indeks IHSG serta likuiditas tinggi, seperti penguatan Saham Perbankan dan FMCG di Akhir 2023.

Pada Desember 2023, saham perbankan seperti BMRI (Bank Mandiri) dan saham barang konsumsi seperti ICBP (Indofood CBP) mengalami lonjakan harga akibat akumulasi oleh investor institusi. Kenaikan harga saham ini didorong oleh aksi window dressing yang dilakukan oleh manajer investasi untuk meningkatkan nilai aset kelolaan mereka sebelum tutup tahun.

4. Window Dressing Pasca Pandemi COVID-19

Setelah pasar saham terpuruk akibat pandemi COVID-19 pada tahun 2020, terjadi window dressing besar-besaran menjelang akhir tahun. Investor institusi berupaya mengerek harga saham untuk menciptakan sentimen positif di pasar.

Karena COVID, pada Desember 2020, IHSG naik dari level sekitar 5.500 ke 6.000 dalam waktu kurang dari satu bulan. Saham-saham seperti ASII (Astra International) dan BBNI (Bank Negara Indonesia) mengalami kenaikan signifikan karena adanya aksi beli dari institusi besar.

Itulah apa saja yang perlu diketahui terkait window dressing untuk pengertian, cara kerja, pihak yang terlibat, keuntungan dan kerugian bagi investor. Penting untuk memahami momen-momen investasi sehingga dapat membuat keputusan dengan bijaksana.

Sama halnya dengan saham yang tahu momentum-momentum khusus, trading juga membutuhkan pengetahuan dan wawasan yang tepat terkait momentum ekonomi. Dupoin menyediakan live trade untuk Anda bisa menambah keterampilan bersama analis Dupoin saat ini. Segera buka AKUN Dupoin, mainkan, dan temukan kemenangan.

CTA Banner_Welcome Reward

Download segera aplikasi Dupoin #One-Stop Trading Platform agar tidak ketinggalan informasi menarik lainnya seputar dunia trading atau investasi lainnya, dan jangan lupa untuk selalu membagikan konten ini ke sesama trader lainnya. Semoga bermanfaat!

 
Need Help?
Click Here