English
English
Tiếng Việt
ภาษาไทย
繁體中文
한국어
Bahasa Indonesia
Español
Português
zu-ZA
0

Market Analysis

Harga Emas Mendaki Sentuh Rekor, Imbas Rencana Penerapan Tarif Trump
Bisnis · 426.1K Views

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas hari ini mencapai rekor tertinggi sejak Oktober tahun lalu, seiring dengan ramainya investor yang memilih aset ini usai Presiden AS Donald Trump menegaskan kembali rencana pengenaan tarif ke Kanada dan Meksiko mulai 1 Februari 2025.

Dilansir Bloomberg pada Jumat (31/1/2025), harga emas naik 0,2% ke level US$2.799,65 per ounce usai lompat 1,3% pada perdagangan Kamis (30/1/2025), melampaui rekor harga tertinggi sebelumnya pada Oktober 2024.

Harga emas spot naik 0,1% menjadi US$2.797,82 per ons pada pukul 8:22 pagi di Singapura dan indeks Bloomberg Dollar Spot naik 0,1%. Sementara, harga perak, paladium, dan platinum stabil.

Kenaikan ini terjadi usai Trump menyatakan akan merealisasikan pengenaan tarif 25% terhadap barang impor dari Kanada dan Meksiko mulai 1 Februari 2025. Dia juga mengancam penerapan tarif ke China tanpa menyebutkan besarannya.

Harga emas terdongkrak oleh permintaan pasar karena ancaman tarif Trump dikhawatirkan memicu perang dagang yang dapat melemahkan pertumbuhan ekonomi.

Terdapat juga kekhawatiran bahwa janji Trump untuk memangkas pajak dan merombak imigrasi dapat menggerogoti keuangan AS dan memicu kembali inflasi.

Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan pada hari Rabu bahwa bank sentral AS berada dalam mode wait and see sehubungan dengan potensi dampak kebijakan pemerintahan baru.

The Fed pada pertemuan minggu ini tidak mengubah suku bunga seperti yang diharapkan — setelah memangkasnya pada tiga pertemuan sebelumnya sejak September — dan mengindikasikan bahwa penurunan suku bunga yang terhenti menuju inflasi lebih rendah memerlukan pendekatan yang sabar.

Sementara di tempat lain, pasar akan fokus pada data inflasi yang menjadi ukuran penting bagi Fed, indeks pengeluaran konsumsi pribadi,yang akan dirilis pada hari Jumat. Indeks ini diharapkan menunjukkan sedikit percepatan kenaikan harga, menurut perkiraan rata-rata para ekonom yang disurvei oleh Bloomberg.

Need Help?
Click Here