

Market Analysis
NEW YORK, investor.id - Harga minyak melonjak di atas 3% pada Kamis (10/10/2024). Hal itu ditopang oleh banjir sentimen positif, mulai dari lonjakan permintaan bahan bakar di Amerika Serikat (AS) sebelum Badai Milton melanda Florida, kekhawatiran pasokan dari Timur Tengah, serta potensi peningkatan permintaan energi di AS dan China.
Dikutip dari Reuters, harga minyak Brent melonjak US$ 2,82 (3,7%) menjadi US$ 79,40 per barel. Sementara hanya minyak West Texas Intermediate (WTI) di AS melejit US$ 2,61 (3,6%) menjadi US$ 75,85 per barel.
Di AS, sebagai produsen dan konsumen minyak terbesar dunia, Badai Milton menerjang Florida, menyebabkan sekitar seperempat stasiun bahan bakar kehabisan bensin dan memadamkan listrik lebih dari 3,4 juta rumah dan bisnis.
"Penutupan beberapa terminal produk, keterlambatan pengiriman truk tangki, dan gangguan pergerakan pipa kemungkinan akan mempengaruhi pasokan hingga minggu depan, mengingat pemadaman listrik yang luas," kata analis dari Ritterbusch and Associates, firma penasihat energi, dalam sebuah catatan.
Kekhawatiran terhadap infrastruktur minyak di Florida ini mendorong kenaikan harga bensin di AS, yang melonjak sekitar 4,1% pada Kamis.
Harga minyak mentah sempat melonjak awal bulan ini setelah Iran meluncurkan lebih dari 180 rudal ke Israel pada 1 Oktober, memicu kekhawatiran akan serangan balasan terhadap fasilitas minyak Iran. Namun, karena Israel belum merespons, harga minyak kembali stabil sepanjang minggu.
Meski demikian, investor tetap waspada, terutama setelah Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant memperingatkan bahwa serangan terhadap Iran akan mematikan, tepat, dan mengejutkan.
Iran, anggota OPEC, memproduksi sekitar 4 juta barel minyak per hari pada 2023, menurut data dari Badan Informasi Energi AS (EIA). Iran juga mendukung beberapa kelompok yang bertempur melawan Israel, termasuk Hizbullah di Lebanon, Hamas di Gaza, dan Houthi di Yaman.
Di Lebanon, serangan udara Israel pada Kamis malam menewaskan 11 orang dan melukai setidaknya 48 orang, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, sementara sumber keamanan mengatakan setidaknya satu pejabat senior Hizbullah menjadi target serangan.
Konflik di Gaza
Di Yaman, kelompok Houthi mengklaim menyerang kapal di Laut Merah dan Samudra Hindia. Mereka telah melancarkan serangan terhadap kapal internasional sejak November lalu sebagai solidaritas dengan Palestina dalam konflik Israel-Hamas di Gaza.
Sementara itu, negara-negara Teluk sedang melobi Washington agar mencegah Israel menyerang fasilitas minyak Iran, khawatir fasilitas minyak mereka bisa menjadi target jika konflik semakin memanas.
China menerbitkan rancangan undang-undang yang bertujuan mempromosikan sektor swasta, sebuah langkah terbaru untuk meningkatkan kepercayaan investor di tengah perlambatan ekonomi. Ini bisa mendorong permintaan minyak di negara tersebut, konsumen minyak terbesar kedua di dunia.
Di AS, pasar semakin yakin bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada November. Setelah data menunjukkan peningkatan klaim pengangguran mingguan dan kenaikan inflasi tahunan terendah sejak Februari 2021.
"Pertarungan antara data ketenagakerjaan dan inflasi AS terkait pandangan kebijakan The Fed masih belum terselesaikan. Kami masih memprediksi pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada November dan Desember," kata analis dari ING dalam sebuah catatan.
Setelah menaikkan suku bunga secara agresif pada 2022 dan 2023 untuk mengekang inflasi, The Fed mulai memangkas suku bunga pada September. Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya pinjaman bagi konsumen dan bisnis, yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.
Indah Handayani