

Market Analysis
Dolar Galau, Rupiah dan Mata Uang Asia Menghijau
Bloomberg Technoz, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada awal perdagangan hari ini. Sentimen eksternal yang kondusif jadi bahan bakar laju penguatan mata uang Nusantara.
Pada Jumat (12/9/2025), US$ 1 ekuivalen Rp 16.425 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Rupiah terapresiasi 0.22% dari hari sebelumnya.
Tidak hanya rupiah, berbagai mata uang utama Asia juga melaju di jalur hijau. Bat Thailand menjadi yang terbaik dengan penguatan 0,47%. Disusul dolar Taiwan (0.34%), ringgit Malaysia (0,23%), dan rupiah di posisi keempat.

Sepertinya faktor eksternal akan menjadi bahan bakar penguatan rupiah hari ini. Dolar AS kembali melemah, yang membuka ruang bagi mata uang Tanah Air untuk menyalip.
Kemarin, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,26% ke 97,529.

Pelemahan dolar AS terjadi karena rilis data ekonomi terbaru. Malam tadi waktu Indonesia, US Bureau of Labor Statistics mengumumkan laju inflasi Negeri Paman Sam pada Agustus adalah 2,9% secara tahunan. Walau lebih tinggi dibandingkan Juli yang sebesar 2,7%, tetapi masih sesuai dengan ekspektasi pasar.
Sementara laju inflasi inti adalah 3,1%. Sama dengan angka Juli dan juga sejalan dengan perkiraan pasar.
Perkembangan ini membuat investor makin yakin bahwa bank sentral Federal Reserve akan menurunkan suku bunga acuan dalam rapat minggu depan. Sebab, The Fed dipandang tidak perlu mencemaskan perihal inflasi, cukup fokus kepada perlambatan di pasar tenaga kerja.
“Saat ini, inflasi menjadi pemain figuran dan pemeran utamanya adalah pasar tenaga kerja. Inflasi konsumen memang tidak serendah di tingkat produsen, tetapi itu tidak cukup untuk membuat The Fed berpaling dari pelonggaran kebijakan moneter. Ini akan diterjemahkan dengan penurunan suku bunga acuan pekan depan, dan mungkin akan ada kelanjutannya,” terang Ellen Zentner dari Morgan Stanley Wealth Management, seperti diberitakan Bloomberg News.
Mengutip CME FedWatch, peluang penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4-4,25% dalam rapat September adalah 92,7%. Bahkan ada kemungkinan penurunan 50 bps ke 3,75-4%, peluangnya 7,3%.
Saat suku bunga turun, berinvestasi di aset-aset berbasis dolar AS (terutama di instrumen berpendapatan tetap) menjadi kurang menguntungkan. Alhasil, dolar AS mengalami tekanan jual dan nilai tukarnya terdepresiasi.