English
English
Tiếng Việt
ภาษาไทย
繁體中文
日本語
한국어
Bahasa Indonesia
Español
Português
Русский язык
اللغة العربية
zu-ZA
0
Market AnalysisMarket Analysis

Market Analysis

8 Efek Mata Uang Baru BRICS terhadap Dollar AS jika Sudah Berlaku

SINDOnews · 578.3K Views
8 Efek Mata Uang Baru...
 
MOSKOW - Bayangkan satu dunia di mana negara-negara besar di luar Barat—termasuk Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, dan sekutunya—mengurangi ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Rencana pembentukan mata uang bersama BRICS mulai muncul sebagai strategi de-dolarisasi.

Jika diterapkan, implikasinya bisa mengguncang keseimbangan moneter global, menekan kekuatan ekonomi Amerika Serikat, serta meredefinisi pola perdagangan dan investasi dunia.

Berikut adalah sejumlah efek krusial yang perlu dipahami tentang potensi dampak mata uang BRICS baru terhadap dolar AS.

1. Tergerusnya Dominasi Cadangan Dolar AS (De-Dolarisasi)


BRICS tengah mendorong penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan antaranggota sebagai alternatif terhadap dolar.

Mata uang baru—yang direncanakan berbasis keranjang mata uang anggota dan cadangan emas—ditujukan sebagai alat untuk memperkuat kemerdekaan keuangan dan menekan volatilitas dolar.

Gerakan ini bukan sekadar retorika; Rusia dan China sudah mulai memperluas penerimaan perdagangan dalam mata uang domestik mereka, bahkan Rusia kini menyelesaikan sekitar 90% perdagangan BRICS tanpa dolar.

Demi menghadapi tekanan geopolitik dan sanksi finansial AS, langkah ini menjadi semakin mendesak.

Akibatnya, akan terjadi penurunan permintaan dolar secara global. Jika mata uang BRICS nanti diadopsi sebagai cadangan oleh bank sentral global, tekanan terhadap posisi dolar sebagai mata uang cadangan utama akan meningkat.

Kajian Atlantic Council menyatakan saat ini dolar masih mendominasi cadangan dunia—sekitar 88% pertukaran valuta dan 59% cadangan internasional—namun tren de-dolarisasi terus meningkat.

2. Pengurangan Efektivitas Sanksi AS


Dolar selama ini menjadi instrumen geopolitik kuat untuk menekan negara lain melalui sanksi finansial. Namun, jika BRICS memiliki sistem pembayaran alternatif — seperti BRICS Pay — dan mata uang bersamanya, efektivitas alat tersebut akan berkurang drastis.

BRICS Pay adalah jaringan pembayaran independen yang memungkinkan transaksi lintas batas dengan mata uang lokal anggota, tanpa bergantung pada sistem SWIFT yang dikendalikan Barat.

Adanya mata uang tunggal yang terintegrasi dalam sistem ini akan menjadikan pemblokiran finansial lebih sulit dilakukan oleh AS.

Hal ini membuka peluang bagi negara-negara yang selama ini lemah terhadap tekanan finansial untuk tetap beroperasi secara multilateral tanpa dolar.
 

3. Tekanan Inflasi dan Krisis Nilai Tukar di Dalam Negeri AS

 
Penurunan penggunaan dolar di pasar global dapat menurunkan permintaan terhadap mata uang ini. Jika kondisinya ekstrim—misalnya banyak negara menjauh dari dolar—harganya bisa jatuh. 
 
Dampaknya? Inflasi impor di AS bisa melesat karena perusahaan dan konsumen perlu membayar barang impor dengan dolar yang lemah.
 
Beberapa analis memperingatkan pengembalian dolar dari pasar internasional setelah masa keemasan bisa memicu tsunami inflasi, merosotkan aset, dan menaikkan suku bunga.
 
Jika hal ini terjadi, konsumen AS akan merasakan tekanan langsung—harga barang naik, biaya hidup membengkak, dan kebijakan moneter Federal Reserve menjadi semakin menantang. 
 

4. Perubahan Struktur Perdagangan Global

 
Dengan munculnya mata uang BRICS, hubungan ekonomi intra-BRICS dapat semakin terintegrasi, memanfaatkan mekanisme pembayaran bersama dan negosiasi perdagangan dalam mata uang alternatif. 
 
Hal ini diperkirakan memperkuat perdagangan regional BRICS dan mengurangi dominasi dolar dalam transaksi global.
 
Lebih lagi, sistem seperti BRICS Pay dan BRICS Bridge (platform blockchain) akan memperlancar transaksi lintas negara BRICS tanpa perlu konversi ke dolar atau SWIFT, sehingga mengurangi biaya dan mempercepat aliran perdagangan. 
 
Ekonomi global mungkin berubah menjadi lebih multipolar, dengan blok-blok regional saling memperdagangkan satu sama lain dalam mata uang mereka sendiri. 
 

5. Respon Amerika Serikat: Tekanan Ekonomi dan Politik

 
Mengetahui potensi ancaman ini, AS sudah mulai merespons secara keras. Ancaman tarif hingga 50% atas negara-negara yang terlalu dekat dengan BRICS, serta ancaman tambahan tarif khusus terhadap negara pendukung kebijakan "anti-Amerika", menjadi langkah proteksionis pertama.
 
Langkah ini mencerminkan kekhawatiran Washington terhadap pelambatan pengaruh dolar. Dengan adanya mata uang BRICS, AS akan kehilangan leverage melalui sanksi dan tekanan keuangan—sehingga ia mengambil langkah defensif melalui kebijakan tarif untuk mempertahankan keunggulannya. 
 

6. Dorongan Global ke Arah Sistem Moneter Multipolar

 
Inisiatif BRICS memperkuat kecenderungan global ke arah sistem moneter yang lebih berimbang dan multipolar.
 
Ratusan negara di Global South sekarang mulai membahas alternatif terhadap dolar—baik lewat penguatan mata uang lokal, sistem settlement regional, maupun cadangan emas. 
 
Pasar dunia, terutama ekonominya berkembang, makin tidak nyaman terhadap dominasi satu mata uang tunggal, karena bisa menjadi alat kekuatan politik.
 

7. Tantangan Internal BRICS

 
Meskipun gagasannya ambisius, pembentukan mata uang bersama menghadapi banyak kendala dalam PR teknis dan politik.
 
Variasi ekonomi yang drastis antar anggota—dari China yang besar hingga Afrika Selatan yang kecil—menyulitkan penyatuan kebijakan moneter. 
 
Ada juga risiko dominasi ekonomi oleh negara terbesar (China, terutama) yang bisa menimbulkan ketidakpercayaan dari anggota lainnya.
 
Selain itu, belum ada kesepakatan waktu atau metodologi yang jelas untuk peluncuran currency bersama, sehingga banyak pengamat masih skeptis bahwa negara-negara BRICS bisa mencapai itu dalam jangka pendek.
 

8. Diversifikasi Sistem Perbankan Internasional

 
Di samping mata uang baru, BRICS juga sedang membangun infrastruktur finansial yang mandiri, seperti Contingent Reserve Arrangement (CRA) yang menyediakan likuiditas dan jaring pengaman fiskal antar anggota BRICS.
 
Selain itu, sistem SWIFT alternatif seperti BRICS Pay dan inisiatif blockchain (BRICS Bridge) mendukung interoperabilitas cross-border tanpa melalui lembaga Barat.
 
Ini mencerminkan kemauan BRICS untuk mengurangi ketergantungan pada sistem keuangan global yang selama ini didominasi Amerika dan Eropa.
 
Secara garis besar, dampak potensial dari mata uang baru BRICS terhadap dolar AS adalah nyata dan menantang: dari melemahnya status cadangan, berkurangnya efektivitas sanksi finansial, hingga tekanan domestik AS berupa inflasi dan gelombang proteksionisme.
 
Namun, keberhasilan inisiatif ini bergantung pada sejauh mana BRICS bisa membangun kepercayaan internal, sistem infrastruktur keuangan yang solid, dan adopsi luas baik di dalam maupun luar blok.
 
Ke depan, dunia mungkin bergerak menuju sistem moneter multipolar yang lebih adil dan terdiversifikasi—temu yang tidak bisa dibendung oleh satu ekonomi besar manapun.
 
Namun, transisinya penuh risiko, ketidakseimbangan, dan ketegangan geopolitik, menjadikannya salah satu isu paling menarik dalam dinamika pasar global saat ini.
Need Help?
Click Here