English
English
Tiếng Việt
ภาษาไทย
繁體中文
한국어
Bahasa Indonesia
Español
Português
zu-ZA
0

Market Analysis

Siapa Jerome Powell? Sang Dalang di Balik Naik Turunnya Dolar & Emas
Beladdina Annisa · 196.3K Views

Dalam dunia trading, ada satu nama yang selalu menjadi pusat perhatian para pelaku pasar: Jerome Powell. Sebagai Ketua Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), setiap kata dan keputusannya memiliki kekuatan untuk menggerakkan pasar finansial global, mulai dari Dolar AS hingga harga emas dan saham. 

Profil Jerome Powell Ketua The Fed

Jerome Hayden Powell, lahir pada tahun 1953, bukanlah seorang ekonom dalam arti akademis seperti pendahulunya, Ben Bernanke atau Janet Yellen. Ia memiliki latar belakang yang berbeda, yaitu sebagai seorang pengacara dan bankir investasi. 

Lulusan Universitas Princeton dan Georgetown University Law Center, Powell memulai kariernya di bidang hukum sebelum beralih ke Wall Street. Pengalaman inilah yang membedakannya dari Ketua The Fed lainnya.

Ia pernah bekerja sebagai undersecretary di Departemen Keuangan AS di bawah pemerintahan Presiden George H. W. Bush pada tahun 1990-an. Pengalaman di sektor publik dan swasta memberikan Powell perspektif unik yang sangat dihargai di Washington. 

Pada tahun 2012, ia ditunjuk sebagai salah satu anggota Dewan Gubernur The Fed oleh Presiden Barack Obama. Penunjukan ini menunjukkan bahwa ia memiliki kredibilitas bipartisan, sesuatu yang langka di dunia politik AS.

Perjalanan Karir dan Masa Jabatan Jerome Powell

image.png

Perjalanan Powell menuju kursi kepemimpinan The Fed adalah kisah yang menarik. Setelah menjabat sebagai anggota Dewan Gubernur, ia menunjukkan komitmen kuat terhadap stabilitas ekonomi. 

Pada tahun 2017, ia dinominasikan oleh Presiden Donald Trump untuk menjabat sebagai Ketua The Fed, menggantikan Janet Yellen. Penunjukannya ini pada awalnya mengejutkan banyak pihak, terutama karena latar belakangnya yang non-ekonomi.

Masa jabatan pertamanya, yang dimulai pada Februari 2018, penuh dengan tantangan. Ia harus menavigasi era pasca-krisis finansial 2008, menghadapi tekanan politik dari Presiden Trump, dan yang paling penting, mengelola lonjakan inflasi dan pandemi global. 

Pada tahun 2022, ia kembali dinominasikan oleh Presiden Joe Biden untuk masa jabatan kedua. Keputusan ini, yang didukung oleh bipartisan, menunjukkan kepercayaan yang besar terhadap kepemimpinannya di tengah ketidakpastian ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Peran Utama Jerome Powell dan The Fed

The Federal Reserve, atau The Fed, adalah bank sentral AS yang bertugas menjaga stabilitas harga dan memaksimalkan lapangan kerja. Peran The Fed sangat vital dalam perekonomian global. Sebagai Ketua, Jerome Powell memiliki tanggung jawab utama untuk:

  • Menentukan Kebijakan Moneter: Melalui Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), The Fed menetapkan suku bunga acuan (Fed Funds Rate).

  • Mengatur Perbankan: The Fed mengawasi dan meregulasi bank-bank di AS untuk menjaga sistem keuangan tetap aman.

  • Mengelola Sistem Pembayaran: The Fed menyediakan layanan keuangan kepada bank-bank dan pemerintah AS, termasuk mengelola sirkulasi mata uang.

Di antara semua peran tersebut, kebijakan moneter adalah yang paling krusial bagi para trader. Keputusan tentang suku bunga, pembelian aset (quantitative easing), dan pernyataan (forward guidance) memiliki dampak langsung pada pasar.

Bagaimana Jerome Powell Memengaruhi Pasar Trading?

Sebagai "dalang" di balik The Fed, Jerome Powell memiliki pengaruh besar pada pasar melalui beberapa cara:

1. Suku Bunga

Ini adalah alat utama The Fed. Ketika The Fed menaikkan suku bunga, imbal hasil obligasi pemerintah AS meningkat. Ini membuat aset berbasis Dolar AS, seperti obligasi, menjadi lebih menarik bagi investor global. 

Akibatnya, permintaan terhadap Dolar AS naik, yang menyebabkan Dolar AS menguat. Sebaliknya, ketika The Fed menurunkan suku bunga, Dolar AS cenderung melemah.

  • Dampak pada Dolar AS: Keputusan kenaikan suku bunga oleh Powell membuat Dolar AS perkasa, memengaruhi semua pasangan mata uang (major pair) seperti EUR/USD, GBP/USD, dan USD/JPY.

  • Dampak pada Emas: Emas sering kali dianggap sebagai aset non-imbal hasil. Ketika suku bunga naik, biaya memegang emas menjadi lebih tinggi karena tidak ada bunga yang didapat. Ini membuat emas kurang menarik dibandingkan obligasi yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi. 

Oleh karena itu, hubungan antara suku bunga dan harga emas sering kali berbanding terbalik. Jika Powell menaikkan suku bunga, harga emas cenderung turun, dan sebaliknya.

2. Quantitative Easing 

image.png

Quantitative easing (QE) adalah program di mana The Fed membeli aset keuangan, seperti obligasi pemerintah, dari pasar terbuka. Tujuannya adalah untuk meningkatkan jumlah uang yang beredar dan merangsang ekonomi. Ketika The Fed mencetak uang untuk membeli aset, suplai Dolar AS di pasar meningkat.

  • Dampak pada Dolar AS: Peningkatan suplai Dolar AS cenderung melemahkan nilainya.

  • Dampak pada Emas: Pelebaran suplai uang dan risiko inflasi yang menyertainya sering kali membuat emas menjadi aset yang menarik sebagai lindung nilai (hedge) terhadap inflasi. Oleh karena itu, kebijakan QE cenderung mendukung kenaikan harga emas.

3. Pernyataan dan Komunikasi Publik

Setiap pidato, konferensi pers, atau kesaksian di depan Kongres yang disampaikan oleh Jerome Powell diawasi dengan ketat oleh jutaan trader di seluruh dunia. Pasar akan bereaksi terhadap setiap kata yang diucapkan. 

Misalnya, jika Powell memberikan sinyal bahwa The Fed akan "agresif" dalam menaikkan suku bunga untuk memerangi inflasi (sikap hawkish), Dolar AS akan menguat. Sebaliknya, jika ia mengisyaratkan bahwa The Fed akan "berhati-hati" dan mungkin menunda kenaikan suku bunga (sikap dovish), Dolar AS akan melemah.

Peristiwa penting seperti pertemuan FOMC dan pidato di Konferensi Jackson Hole adalah momen di mana Powell bisa menyebabkan lonjakan volatilitas pasar yang sangat besar.

Studi Kasus: Inflasi dan Suku Bunga di Bawah Kepemimpinan Powell

image.png

Pada tahun 2021-2022, inflasi di AS melonjak ke level tertinggi dalam 40 tahun. Awalnya, The Fed di bawah kepemimpinan Powell beranggapan bahwa inflasi bersifat "transitori" atau sementara. Namun, ketika inflasi terus meningkat, Powell mengubah pandangannya dan mengadopsi sikap yang jauh lebih hawkish.

The Fed memulai siklus kenaikan suku bunga yang paling agresif dalam sejarah modern. Suku bunga acuan dinaikkan berkali-kali dalam waktu singkat. Dampaknya langsung terasa:

  • Dolar AS menguat tajam terhadap semua mata uang utama lainnya, memicu kekhawatiran resesi global.

  • Harga emas anjlok karena daya tarik imbal hasil obligasi AS yang lebih tinggi.

  • Pasar saham bergejolak, karena biaya pinjaman yang lebih tinggi membebani perusahaan dan prospek ekonomi.

Keputusan-keputusan ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh Powell. Meskipun banyak kritik dan kekhawatiran tentang resesi, Powell berulang kali menegaskan komitmennya untuk membawa inflasi kembali ke target The Fed sebesar 2%.

Jerome Powell adalah sosok yang sangat penting bagi setiap trader. Meskipun ia bukan ekonom akademis, pengalaman praktisnya di sektor keuangan memberinya pemahaman yang mendalam tentang pasar. Setiap keputusan yang ia ambil, terutama terkait suku bunga dan kebijakan moneter, memiliki dampak langsung dan besar pada pergerakan Dolar AS, harga emas, dan pasar secara keseluruhan.

Bagi seorang trader, memahami siapa Jerome Powell dan bagaimana ia berpikir sama pentingnya dengan memahami analisis teknikal atau fundamental. Memantau pidato, laporan, dan keputusan The Fed adalah kunci untuk mengantisipasi pergerakan pasar. Jadi, sebelum Anda membuka grafik trading berikutnya, pastikan Anda juga mengikuti berita tentang "dalang" di balik panggung finansial global ini.

Mulailah trading sekarang di Dupoin #One-Stop Trading Platform! Download aplikasinya untuk mendapatkan update terbaru seputar dunia trading dan investasi. Dan jangan lupa untuk selalu membagikan konten ini ke sesama trader lainnya. Semoga bermanfaat!

 

Need Help?
Click Here