

Market Analysis
Investor Wajib Tahu, Ini Risiko Investasi Emas
Bloomberg Technoz, Jakarta - Investasi emas sering kali dianggap sebagai pelindung nilai yang andal saat menghadapi gejolak ekonomi.
Namun, di balik kilauannya yang menggiurkan, emas tetap menyimpan berbagai risiko yang wajib dipahami sebelum Anda memutuskan untuk menaruh dana di instrumen ini.
Dalam artikel ini akan dibahas secara mendalam risiko investasi emas, disertai dengan tips untuk meminimalkan potensi kerugiannya yang dilansir Bloomberg Technoz dari berbagai sumber.
Risiko Investasi Emas
1. Fluktuasi Harga Emas yang Tajam dan Tak Terduga

Salah satu risiko utama dalam investasi emas adalah volatilitas harga. Meski secara historis cenderung meningkat dalam jangka panjang, harga emas dapat berubah drastis dalam jangka pendek akibat berbagai faktor seperti:
-
Perubahan suku bunga global
-
Nilai tukar mata uang
-
Ketidakpastian geopolitik
-
Inflasi dan kebijakan bank sentral
Sebagai ilustrasi, saat suku bunga acuan naik, investor cenderung berpindah ke instrumen pendapatan tetap seperti obligasi, karena emas tidak menghasilkan imbal hasil rutin. Akibatnya, permintaan emas menurun dan harga cenderung melemah.
2. Emas Tidak Menghasilkan Pendapatan Pasif
Berbeda dari saham atau properti yang bisa memberi dividen atau sewa bulanan, emas hanyalah aset diam. Artinya, investor hanya bisa mendapatkan keuntungan jika harga emas naik dan berhasil dijual di harga lebih tinggi dari saat pembelian. Hal ini menjadikan emas kurang ideal bagi mereka yang mencari penghasilan rutin dari investasi.
3. Biaya Penyimpanan dan Keamanan Emas Fisik

Bagi Anda yang memilih investasi emas fisik, seperti emas batangan atau perhiasan, faktor keamanan menjadi tantangan tersendiri. Menyimpan emas di rumah berisiko tinggi terhadap:
-
Pencurian
-
Kehilangan akibat bencana
-
Kerusakan fisik
Sementara itu, menggunakan layanan safe deposit box di bank memerlukan biaya tahunan yang tidak sedikit. Dalam jangka panjang, biaya penyimpanan ini dapat mengurangi nilai imbal hasil investasi emas Anda.
4. Tantangan Likuiditas di Saat Krisis
Meskipun emas dikenal sebagai aset likuid, dalam situasi pasar yang tidak stabil, menjual emas dengan harga optimal bisa menjadi tantangan. Emas dalam bentuk perhiasan atau koin bisa memerlukan waktu lebih lama untuk dijual dibanding emas batangan murni. Selain itu, ada kemungkinan Anda harus menjual dengan harga di bawah pasar jika membutuhkan dana cepat.
5. Risiko Keaslian dan Pemalsuan Emas

Risiko ini sangat nyata bagi investor yang tidak membeli emas dari penjual terpercaya. Beredarnya emas palsu atau berkadar rendah bisa menyebabkan kerugian besar. Untuk menghindari hal ini, pastikan Anda:
-
Membeli emas dari toko atau institusi resmi
-
Meminta sertifikat keaslian dan kadar kemurnian
-
Menggunakan jasa pegadaian atau logam mulia resmi seperti Antam atau UBS
6. Spread Harga Beli dan Jual yang Tinggi
Spread adalah selisih antara harga beli dan harga jual emas. Di pasar emas ritel, spread ini bisa mencapai 10% hingga 15%. Misalnya, jika Anda membeli emas seharga Rp1.000.000, harga jual kembalinya bisa hanya Rp850.000–Rp900.000. Spread tinggi ini akan sangat merugikan jika Anda berencana menjual emas dalam waktu dekat.
7. Tidak Ideal untuk Investasi Jangka Pendek
Karena harga emas cenderung fluktuatif dalam jangka pendek, instrumen ini lebih cocok untuk tujuan jangka menengah hingga panjang. Jika Anda berencana menyimpan dana hanya dalam hitungan bulan, investasi emas bisa jadi bukan pilihan terbaik karena potensi kerugian dari perubahan harga yang cepat.