

Market Analysis
Bisnis.com, JAKARTA — Harga buyback emas Antam kembali memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) baru pada Selasa (9/9/2025).
Tren rekor baru harga buyback emas Antam berlanjut memasuki pekan kedua September 2025. Data Logam Mulia menunjukkan harga acuan pembelian kembali oleh PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) itu naik Rp26.000 ke Rp1.933.000 pada Selasa (9/9/2025).
Posisi itu rekor ATH terbaru harga buyback emas Antam. Sebelumnya, harga buyback emas Antam memecahkan rekor ATH di Rp1.907.000 pada Jumat (5/9/2025).
Buyback emas merupakan transaksi menjual kembali emas, baik dalam bentuk logam mulia, logam batangan, maupun perhiasan. Biasanya, harga yang dibanderol lebih rendah dari harga jual saat itu.
Kendati demikian, buyback emas masih bisa mendatangkan keuntungan apabila terdapat selisih besar antara harga jual dan harga buyback.
Sesuai dengan PMK No 34/PMK.10/2017, penjualan kembali emas batangan ke Antam dengan nominal lebih dari Rp10 juta, dikenakan PPh 22 sebesar 1,5 persen untuk pemegang NPWP dan 3 persen untuk non NPWP). Adapun, PPh 22 atas transaksi buyback dipotong langsung dari total nilai buyback.
Sebagaimana diketahui, harga emas di pasar global mencetak rekor tertinggi atau all time high baru pada Senin (8/9/2025) setelah data ketenagakerjaan Amerika Serikat yang lebih lemah dari perkiraan memicu spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga.
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot naik 0,5% menjadi US$3.604,70 per ons pada pukul 15.13 waktu Singapura. Indeks Bloomberg Dollar Spot melemah tipis.
Harga emas menembus lebih dari US$3.604 per ons, sedikit lebih tinggi dibandingkan rekor sebelumnya pada Jumat pekan lalu ketika reli mencapai 1,5%. Laporan ketenagakerjaan AS menunjukkan perlambatan perekrutan, dengan tingkat pengangguran meningkat ke posisi tertinggi sejak 2021.
Kondisi tersebut mendorong pelaku pasar derivatif meningkatkan taruhan pemangkasan suku bunga, dengan hampir tiga kali penurunan diperkirakan terjadi sepanjang sisa tahun ini.
Suku bunga yang lebih rendah biasanya meningkatkan daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil, sekaligus mendapat dorongan dari meningkatnya permintaan aset safe haven di tengah ketidakpastian arah kebijakan bank sentral AS.
Ke depan, ekspektasi pemangkasan suku bunga akan diuji oleh revisi data ketenagakerjaan AS pada Selasa, serta data inflasi produsen dan konsumen yang akan dirilis Rabu dan Kamis. Investor juga menanti lelang obligasi AS tenor 3, 10, dan 30 tahun.
Dalam 3 tahun terakhir, harga emas dan perak telah lebih dari dua kali lipat, terdorong meningkatnya risiko geopolitik, ekonomi, dan perdagangan global.