English
English
Tiếng Việt
ภาษาไทย
繁體中文
한국어
Bahasa Indonesia
Español
Português
zu-ZA
0

Market Analysis

Apa Itu Inflasi? Kenali Penyebab dan Contohnya di Indonesia
Ocky Satria · 19.3K Views

Apa Itu Inflasi? Kenali Penyebab dan Contohnya di Indonesia

Pernahkah Anda merasa heran mengapa belanja bulanan terasa semakin mahal, padahal jumlah uang yang Anda bawa sama seperti biasanya? Atau mungkin Anda pernah mendengar teman atau media berkata, “Ini karena inflasi.” Tapi sebenarnya, inflasi bukan sekadar harga naik, melainkan fenomena ekonomi yang memengaruhi seluruh daya beli dan kehidupan finansial Anda.

Di artikel ini, kita akan menelusuri inflasi secara tuntas: mulai dari pengertian, penyebabnya, hingga perbedaannya dengan deflasi dan hiperinflasi. Tak hanya itu, Anda juga akan menemukan contoh nyata inflasi yang terjadi di Indonesia maupun dunia, lengkap dengan tips menghadapi dampaknya. Yuk, kita kupas bersama dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami!

 

Apa Itu Inflasi?

Secara sederhana, inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus dalam suatu periode tertentu. Artinya, inflasi bukan hanya kenaikan harga satu atau dua barang saja, tetapi kenaikan harga yang terjadi secara luas di seluruh perekonomian.

Bayangkan Anda membeli semangkuk bakso seharga Rp15.000 tahun lalu. Tahun ini, harga bakso yang sama naik menjadi Rp18.000. Itu contoh kecil dari inflasi. Namun, jika hampir semua barang mulai dari bahan makanan, biaya transportasi, hingga kebutuhan rumah tangga mengalami kenaikan, barulah fenomena tersebut disebut inflasi.

Inflasi membuat nilai uang Anda menurun. Dengan jumlah uang yang sama, daya beli Anda menjadi lebih kecil dibanding sebelumnya.

Klik Banner untuk informasi lebih lanjut terkait program Swap Promo.

Apa Penyebab Inflasi?

Inflasi dapat terjadi karena beberapa faktor. Berikut beberapa penyebab utamanya:

  1. Demand-Pull Inflation (Inflasi Tarikan Permintaan)
    Inflasi ini terjadi ketika permintaan barang atau jasa lebih tinggi daripada ketersediaan pasokannya. Misalnya, saat musim liburan, permintaan tiket pesawat meningkat tajam sementara jumlah kursi terbatas. Akibatnya, harga tiket naik.

  2. Cost-Push Inflation (Inflasi Dorongan Biaya)
     Inflasi ini muncul ketika biaya produksi meningkat sehingga produsen menaikkan harga jual barang atau jasa. Contohnya, kenaikan harga bahan bakar atau upah tenaga kerja bisa membuat harga barang naik.

  3. Imported Inflation (Inflasi Impor)
     Terjadi ketika harga barang impor naik atau nilai tukar rupiah melemah terhadap mata uang asing. Karena banyak bahan baku diimpor, biaya produksi ikut terdorong naik.

  4. Kebijakan Moneter dan Fiskal
    Jika bank sentral mencetak terlalu banyak uang beredar atau pemerintah meningkatkan belanja secara besar-besaran tanpa keseimbangan produksi, inflasi bisa terjadi.

  5. Ekspektasi Inflasi
    Kadang, hanya karena masyarakat dan pelaku bisnis mengantisipasi kenaikan harga di masa depan, mereka sudah menaikkan harga lebih cepat, yang akhirnya benar-benar memicu inflasi.

Apa Perbedaan Inflasi, Deflasi, dan Hiperinflasi?

Untuk memahami inflasi lebih dalam, Anda juga perlu mengenal “saudaranya”, yaitu deflasi dan hiperinflasi.

  1. Inflasi
    Kenaikan harga barang dan jasa secara umum. Jika masih dalam batas wajar (misalnya 2–5% per tahun), inflasi justru menandakan ekonomi sehat karena ada peningkatan permintaan.

  2. Deflasi
    Kebalikan dari inflasi, yaitu penurunan harga barang dan jasa secara umum dalam periode tertentu. Sekilas, deflasi terdengar menguntungkan bagi konsumen. Namun, jika berlangsung lama, deflasi berbahaya karena menandakan lemahnya daya beli, turunnya permintaan, dan potensi resesi ekonomi.

  3. Hiperinflasi
    Inflasi yang sangat tinggi dan tidak terkendali, biasanya mencapai ratusan hingga ribuan persen per tahun. Dalam kondisi ini, uang hampir kehilangan nilainya. Contoh terkenal adalah hiperinflasi di Zimbabwe pada 2008, ketika harga-harga naik begitu cepat hingga orang membawa uang dengan gerobak hanya untuk membeli roti.

Lebih Buruk Inflasi atau Deflasi?

Pertanyaan ini sering muncul: mana yang lebih berbahaya, inflasi atau deflasi?

  • Inflasi moderat sebenarnya sehat untuk perekonomian. Dengan inflasi, produsen terdorong untuk meningkatkan produksi, gaji bisa naik, dan ekonomi tetap bergerak. Namun, inflasi yang terlalu tinggi (atau hiperinflasi) jelas berbahaya karena melemahkan daya beli masyarakat dan membuat perekonomian kacau.

  • Deflasi sering dianggap lebih berbahaya daripada inflasi moderat. Mengapa? Karena deflasi bisa membuat masyarakat menunda belanja, perusahaan rugi, lapangan kerja menyusut, dan pada akhirnya bisa memicu resesi.

Jadi, inflasi yang terkontrol lebih baik daripada deflasi berkepanjangan. Bank sentral biasanya menargetkan inflasi pada level tertentu (misalnya 2–3% per tahun) agar ekonomi tetap stabil.

Contoh Inflasi

Untuk membuatnya lebih nyata, berikut beberapa contoh inflasi di Indonesia dan dunia:

  1. Indonesia pada 1998
    Saat krisis moneter Asia, inflasi di Indonesia mencapai lebih dari 77% per tahun. Harga kebutuhan pokok melonjak drastis, daya beli masyarakat jatuh, dan ekonomi Indonesia goyah.

  2. Harga BBM di Indonesia
    Setiap kali harga BBM naik, hampir semua harga barang ikut terkerek. Ini contoh inflasi dorongan biaya karena BBM adalah komponen penting dalam produksi dan distribusi.

  3. Hiperinflasi di Zimbabwe (2008)
    Tingkat inflasi mencapai 79,6 miliar persen per bulan. Harga-harga naik setiap hari, dan masyarakat sampai menggunakan dolar AS sebagai pengganti mata uang lokal.

  4. Inflasi Global 2022
    Setelah pandemi COVID-19 dan perang Rusia-Ukraina, banyak negara mengalami inflasi tinggi karena gangguan pasokan energi dan pangan.

Bagaimana Cara Mengatasi Inflasi?

Inflasi memang tidak bisa dihindari sepenuhnya, tetapi bisa dikendalikan. Beberapa langkah yang biasa dilakukan pemerintah dan bank sentral adalah:

  1. Kebijakan Moneter
    Bank sentral (seperti Bank Indonesia) dapat menaikkan suku bunga untuk menekan jumlah uang beredar.

  2. Kebijakan Fiskal
     Pemerintah bisa mengurangi belanja atau memberikan subsidi agar harga barang tetap stabil.

  3. Mengendalikan Impor dan Ekspor
    Dengan menjaga nilai tukar mata uang tetap stabil, inflasi impor bisa ditekan.

  4. Meningkatkan Produksi Domestik
    Jika pasokan barang meningkat, harga akan lebih terkendali.

Klik Banner untuk informasi lebih lanjut terkait program Welcome Reward.

Inflasi adalah fenomena ekonomi yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Apa itu inflasi? Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dalam suatu periode. Apa penyebab inflasi? Bisa karena permintaan tinggi, biaya produksi naik, nilai tukar melemah, atau ekspektasi masyarakat.

Jika dibandingkan dengan deflasi dan hiperinflasi, inflasi yang terkendali justru sehat untuk perekonomian. Namun, inflasi ekstrem maupun deflasi bisa berbahaya bagi stabilitas ekonomi.

Contoh nyata inflasi bisa Anda lihat dari krisis 1998 di Indonesia hingga gejolak global pasca pandemi. Oleh karena itu, memahami inflasi penting agar Anda lebih bijak dalam mengelola keuangan, berinvestasi, dan menyiapkan strategi menghadapi perubahan harga di masa depan.

Pada akhirnya, inflasi memang tidak bisa dihindari, tetapi bisa Anda hadapi dengan persiapan finansial yang matang, misalnya dengan menabung, berinvestasi, atau mengatur pengeluaran secara cerdas.

 

 

Mulailah trading sekarang di Dupoin #One-Stop Trading Platform! Download aplikasinya untuk mendapatkan update terbaru seputar dunia trading dan investasi. Dan jangan lupa untuk selalu membagikan konten ini ke sesama trader lainnya. Semoga bermanfaat!

Need Help?
Click Here