English
English
Tiếng Việt
ภาษาไทย
繁體中文
한국어
Bahasa Indonesia
Español
Português
zu-ZA
0

Market Analysis

Memahami Fear dan Greed dalam Trading, Dua Emosi yang Mengendalikan Pasar
Ocky Satria · 580K Views

Memahami Fear dan Greed dalam Trading, Dua Emosi yang Mengendalikan Pasar

Dalam dunia trading, baik itu forex, saham, maupun komoditas seperti emas, faktor teknikal dan fundamental memang penting. Namun, ada dua kekuatan emosional yang tak kalah kuat dalam memengaruhi keputusan trader: fear dan greed, atau rasa takut dan keserakahan. Bagi banyak trader, terutama yang masih pemula, memahami bagaimana kedua emosi ini bekerja dan memengaruhi keputusan bisa menjadi pembeda antara sukses dan kegagalan.

Apa Itu Fear dan Greed dalam Trading?

Fear (ketakutan) adalah rasa cemas akan kerugian yang bisa membuat Anda terlalu cepat menutup posisi, tidak berani masuk pasar, atau bahkan panik dan melakukan aksi jual mendadak. Ketika Anda pernah mengalami kerugian besar atau pasar tiba-tiba bergerak berlawanan, perasaan takut bisa melumpuhkan logika Anda dan mendorong keputusan impulsif.

Sebaliknya, Greed (keserakahan) adalah dorongan emosional yang membuat seseorang ingin mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya, secepat-cepatnya. Dalam konteks trading, greed muncul ketika Anda terlalu percaya diri setelah mengalami beberapa kali kemenangan. Anda mulai membuka posisi lebih besar dari biasanya, melanggar rencana manajemen risiko, bahkan menahan posisi terlalu lama demi mengejar profit maksimal.

Kedua emosi ini  jika tidak dikendalikan dapat mengacaukan strategi trading Anda. Sebab, trading idealnya dilakukan berdasarkan analisis objektif, bukan reaksi emosional.

Klik Banner untuk informasi lebih lanjut terkait program Swap Promo.

Apa Saja Ketakutan dalam Trading?

Ada beberapa bentuk ketakutan yang umum dirasakan oleh trader, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman. Pertama adalah takut kehilangan uang. Ini adalah ketakutan paling mendasar, karena tidak ada trader yang ingin mengalami kerugian. Ketakutan ini bisa membuat Anda terlalu cepat keluar dari posisi sebelum waktunya, meskipun sinyal teknikal menunjukkan potensi keuntungan lebih lanjut.

Kedua, takut kehilangan peluang atau FOMO (Fear of Missing Out). Ini adalah ketakutan bahwa Anda akan tertinggal dari pergerakan pasar yang menguntungkan. Biasanya, FOMO terjadi saat harga sudah naik tinggi, dan Anda baru memutuskan untuk ikut masuk pasar tanpa analisis yang memadai. Akibatnya, Anda justru masuk di puncak harga dan mengalami kerugian.

Ketiga, takut salah prediksi. Banyak trader yang akhirnya tidak melakukan apa-apa karena terlalu banyak pertimbangan. Mereka takut salah, takut pasar berbalik, dan akhirnya melewatkan peluang yang sebenarnya bagus.

Bagaimana Cara Membaca Indeks Ketakutan dan Keserakahan?

Dalam dunia investasi global, terdapat indikator yang disebut Fear and Greed Index. Indeks ini digunakan untuk mengukur sentimen pasar, terutama pada pasar saham Amerika Serikat. Nilai indeks berkisar antara 0 sampai 100. Semakin rendah angkanya, maka semakin besar rasa takut yang mendominasi pasar. Sebaliknya, semakin tinggi angkanya, maka semakin besar rasa keserakahan investor secara kolektif.

Meskipun awalnya digunakan untuk pasar saham, prinsip dari indeks ini juga bisa Anda aplikasikan dalam trading forex atau emas. Anda bisa memantau berita ekonomi, pergerakan harga yang ekstrem, hingga volume transaksi untuk memperkirakan apakah pasar sedang didominasi rasa takut atau keserakahan.

Misalnya, ketika banyak trader panik karena berita ekonomi buruk dan menjual aset secara besar-besaran, kemungkinan besar pasar sedang dikuasai oleh fear. Sebaliknya, ketika harga naik terus tanpa koreksi signifikan dan semua orang mulai masuk pasar secara agresif, greed mungkin sedang mendominasi.

Apakah Trading Harus Dipantau Terus?

Salah satu pertanyaan umum dari trader adalah: apakah saya harus terus-menerus memantau posisi trading saya?

Jawabannya bergantung pada gaya trading Anda. Jika Anda seorang scalper atau day trader, maka memang Anda perlu memantau pasar secara real-time karena posisi dibuka dan ditutup dalam hitungan menit hingga jam. Namun, jika Anda adalah swing trader atau posisi trader, Anda cukup memantau pasar pada waktu-waktu tertentu sesuai jadwal yang Anda tetapkan.

Namun, yang perlu Anda waspadai adalah obsesi memantau pasar tanpa henti karena didorong oleh fear dan greed. Rasa takut akan kehilangan atau keserakahan ingin mendapatkan lebih seringkali membuat trader tidak bisa lepas dari layar. Ini bukan hanya tidak sehat secara mental, tapi juga bisa mengarah pada overtrading, kondisi di mana Anda terlalu sering membuka posisi tanpa perhitungan matang.

Penting untuk memahami bahwa tidak semua pergerakan harga harus ditanggapi. Disiplin terhadap rencana trading dan manajemen risiko justru lebih penting daripada sekadar memantau pergerakan tiap menit.

Berapa Persen Risiko yang Wajar dalam Trading?

Salah satu cara paling efektif untuk menekan pengaruh fear dan greed adalah dengan menerapkan manajemen risiko yang baik. Dalam dunia trading profesional, ada satu prinsip umum yang sering dianjurkan: risikokan maksimal 1–2% dari modal Anda di setiap posisi trading.

Artinya, jika Anda memiliki modal sebesar $1.000, maka sebaiknya Anda hanya mengambil risiko sebesar $10–$20 per posisi. Dengan pendekatan ini, bahkan jika Anda mengalami beberapa kali kerugian berturut-turut, akun Anda tidak langsung habis.

Mengatur batas risiko yang jelas juga membantu Anda menjaga emosi tetap stabil. Anda tidak akan terlalu takut kehilangan karena jumlah yang Anda pertaruhkan sudah direncanakan dan sesuai toleransi. Demikian pula, Anda tidak akan terlalu serakah karena Anda tahu batas keuntungan dan kerugian yang sudah ditentukan sejak awal.

Cara Mengendalikan Fear dan Greed

Mengelola emosi bukanlah hal yang mudah, apalagi ketika uang Anda sendiri yang dipertaruhkan. Namun, ada beberapa langkah konkret yang bisa Anda lakukan:

Pertama, buatlah trading plan yang rinci. Rencana ini harus mencakup strategi masuk dan keluar, batas risiko, serta target keuntungan. Setelah itu, disiplinlah menjalankan rencana tersebut, apapun yang terjadi di pasar.

Kedua, gunakan stop loss dan take profit secara konsisten. Fitur ini membantu Anda mengendalikan risiko dan menjaga agar keputusan Anda tidak berdasarkan emosi, melainkan sistem.

Ketiga, belajar dari jurnal trading. Catat semua transaksi Anda, termasuk alasan Anda masuk atau keluar pasar. Dari situ Anda bisa mengenali pola emosional yang sering muncul dan mulai memperbaikinya.

Keempat, selalu luangkan waktu untuk istirahat dari pasar. Ketika Anda merasa terlalu emosional, lebih baik menjauh sebentar dari layar dan tenangkan pikiran Anda.

Baca juga: Mengungkap Arti Ekor pada Candlestick dalam Analisis Teknikal

Fear dan greed dalam trading adalah dua kekuatan emosional yang sangat memengaruhi pengambilan keputusan trader. Rasa takut bisa membuat Anda terlalu cepat keluar dari posisi atau tidak berani masuk pasar, sementara keserakahan bisa mendorong Anda mengambil risiko berlebihan tanpa pertimbangan matang. Dengan memahami dua emosi ini dan menerapkan manajemen risiko yang disiplin, Anda dapat menghindari jebakan emosional yang sering kali membawa kerugian.

Ingatlah bahwa trading bukan soal mencari untung cepat, melainkan tentang konsistensi dan kontrol diri. Kendalikan emosi Anda, bangun strategi yang jelas, dan latih kesabaran Anda agar sukses dalam jangka panjang.

 

 

Mulailah trading sekarang di Dupoin #One-Stop Trading Platform! Download aplikasinya untuk mendapatkan update terbaru seputar dunia trading dan investasi. Dan jangan lupa untuk selalu membagikan konten ini ke sesama trader lainnya. Semoga bermanfaat!

Need Help?
Click Here