

Market Analysis

(Vibiznews – Commodity) – Harga minyak mentah dunia kembali mendekati posisi tertinggi 2 pekan pada akhir perdagangan komoditas sesi Amerika hari Rabu (9/7/2025) oleh gangguan pasokan dan perkiraan laporan API dan EIA.
Kenaikan harga minyak WTI dan Brent mengabaikan kekhawatiran kelebihan pasokan akibat keputusan OPEC+ di tengah konflik Laut Merah yang memanas.
Sedang terjadi gangguan pada pasokan dan transit minyak dan energi oleh serangan Houthi di Laut Merah.
Kelompok milisi pro Iran tersebut menyerang dan menenggelamkan kapal pengangkut curah Magic Seas di lepas pantai Yaman Barat. Sehari kemudian para militan menyerang kapal pengangkut curah lainnya Eternity C di Laut Merah.
Sementara itu, data persediaan minyak dari API dan EIA diperkirakan akan menunjukkan penurunan 2,6 juta barel untuk minggu yang berakhir pada tanggal 4 Juli, merupakan penurunan persediaan keenam dalam tujuh minggu.
Sebelumnya OPEC+ mengejutkan pasar dengan mengumumkan kenaikan produksi yang lebih besar dari perkiraan sebesar 548.000 barel per hari untuk bulan Agustus, melampaui ekspektasi pasar sebesar 411.000 barel per hari.
Kemudian OPEC juga merencanakan peningkatan produksi super besar lainnya sebesar 550.000 barel per hari untuk bulan September. Laporan OPEC ini telah menekan harga.
Tekanan bagi harga minyak juga datang dari pengumuman tarif oleh Presiden Trump terhadap 14 negara menimbulkan kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi global dan permintaan minyak global.
Harga Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak bulan Juli naik 0,38% menjadi $68,18 per barel.
Harga minyak mentah berjangka acuan jenis Brent naik 0,70% menjadi $70,03 per barel.
Secara teknikal, untuk pergerakan harga minyak WTI selanjutnya diperkirakan akan bertemu kisaran support di $66.70 – $60.10 dan kisaran resisten di $69.60 – $72.30.