

Market Analysis
Menghitung harga wajar saham adalah langkah krusial bagi setiap investor sebelum memutuskan untuk membeli atau menjual. Dengan mengetahui harga wajar, kamu bisa menilai apakah saham masih murah (undervalued), sudah mahal (overvalued), atau berada di titik yang pantas (fair value). Artikel ini akan membahas secara komprehensif berbagai metode praktis untuk menghitung harga wajar saham, mulai dari konsep dasar hingga contoh perhitungan langkah demi langkah.
Apa itu Harga Wajar Saham?
Harga wajar saham (fair value) adalah estimasi nilai intrinsik sebuah perusahaan yang mencerminkan seluruh potensi arus kas, risiko, dan prospek pertumbuhannya di masa depan. Harga pasar saat ini bisa saja berbeda lebih tinggi atau lebih rendah karena sentimen investor, likuiditas, atau faktor eksternal lain. Dengan menghitung harga wajar, kamu dapat:
-
Mengidentifikasi Peluang: Beli saat pasar meremehkan (harga pasar < harga wajar).
-
Menghindari Risiko Overpay: Jual atau tahan saat harga pasar jauh di atas nilai intrinsik.
-
Meningkatkan Disiplin: Mendesain strategi trading/investasi berdasarkan angka rasional, bukan emosi.
Metode Umum Menghitung Harga Wajar Saham
Berikut lima metode yang sering digunakan oleh profesional maupun investor ritel:
1. Metode Diskon Arus Kas
Menghitung nilai kini (present value) seluruh proyeksi arus kas bebas (free cash flow) perusahaan di masa depan.
Rumus umum:
-
FCFₜ = arus kas bebas tahun ke-t
-
r = discount rate (biaya modal)
-
TV = terminal value (nilai sisa setelah periode proyeksi)
2. Metode Price to Earnings Ratio (PER)
Prinsip: Membandingkan rasio PER perusahaan dengan rata-rata industri atau historisnya.
Rumus:
Harga Wajar = EPSnext × PERtarget
-
EPSnext = perkiraan laba per saham tahun depan
-
PERtarget = rasio PER yang dianggap wajar (misal 15× untuk sektor konsumer)
3. Metode Price to Book Value (PBV)
Prinsip: Menilai berdasarkan nilai buku (book value) per saham.
Rumus:
Harga Wajar = PBVtarget × BVPS
-
BVPS = book value per share (ekuitas bersih dibagi jumlah saham)
-
PBVtarget = rasio PBV yang sesuai dengan profil risiko (misal 1,5× untuk sektor finansial)
4. Metode Dividend Discount Model (DDM)
Prinsip: Khusus untuk perusahaan yang rutin membayar dividen. Menghitung nilai kini seluruh dividen masa depan.
Rumus Gordon Growth Model (untuk pertumbuhan konstan g):
-
D0 = dividen terakhir per saham
-
g = tingkat pertumbuhan dividen tahunan (konservatif)
-
r = cost of equity
5. Formula Graham (Graham Number)
Prinsip: Rumus sederhana ala Benjamin Graham untuk mendapatkan batas bawah harga wajar.
Rumus:
Angka 22,5 adalah produk dari PER maksimum (15×) dan PBV maksimum (1,5×) menurut Graham
6. Metode Earning Per Share (EPS)
Rasio laba bersih dibagi jumlah saham beredar. Semakin tinggi EPS, semakin banyak profit yang “jatuh” per lembar saham..
Rumus: Harga Wajar ≈ Harga Pasar ÷ EPS
Contoh: Saham AAPL diperdagangkan di Rp10.000, EPS-nya Rp500.
10.000 ÷ 500 = 20
Angka 20 menandakan harga saat ini seimbang dengan laba perusahaan. Jika pasar di bawah 20 → undervalued; di atas 20 → overvalued.
7. Metode Dividend Yield (DY)
Persentase dividen tahunan terhadap harga saham. Cocok untuk saham “murah hati” yang rutin bagi dividen.
DY = (Dividen per Saham ÷ Harga Saham) × 100%
Contoh: Saham Visa Rp1.000, dividen Rp50
50 ÷ 1.000 × 100% = 5%
Jika rata-rata sektor 3%, berarti Visa relatif “murah” dari segi dividen.
8. Price/Earnings to Growth (PEG)
Menyesuaikan PER dengan laju pertumbuhan EPS—memberi gambaran harga relatif terhadap prospek pertumbuhan.
PEG = PER ÷ Persentase Pertumbuhan EPS
Contoh: Saham Visa PER 10×, EPS tumbuh 20%
10 ÷ 20% = 0,5
PEG < 1 sering dianggap undervalued.
8. Return on Equity (ROE)
Mengukur efisiensi perusahaan dalam mengubah modal sendiri menjadi laba.
ROE (%) = (Laba Bersih ÷ Ekuitas) × 100%
Contoh: Laba bersih Rp200 juta, ekuitas Rp1 miliar → ROE 20%.
ROE tinggi menandakan perusahaan efektif menghasilkan profit, jadi sahamnya berpotensi “wajar” atau mahal sesuai level ROE sektor.
9. Debt to Equity Ratio (DER)
Perbandingan utang perusahaan dengan modal sendiri—mengukur risiko keuangan.
DER = Total Utang ÷ Ekuitas
Contoh: Utang Rp100 miliar, ekuitas Rp200 miliar → DER 0,5.
DER rendah umumnya lebih aman dan bisa memengaruhi persepsi wajar.
10. P/E Industri × EPS
Metode relatif yang cepat: kalikan EPS perusahaan dengan PER rata-rata sektor
Harga Wajar = EPS × PER Industri
Contoh: EPS Rp300, PER industri 12× → wajar Rp3.600 per lembar.
11. P/E Industri × EPS
Mirip P/E relatif, tapi pakai nilai buku.
Harga Wajar = Nilai Buku per Saham × PBV Industri
Contoh: BVPS Rp1.000, PBV sektor 1,2× → wajar Rp1.200 per saham.
Langkah-langkah Praktis Menghitung Harga Wajar Saham
Agar lebih mudah, ikuti langkah berikut:
-
Pilih Metode yang Sesuai
Tentukan apakah perusahaan target cocok dihitung dengan DCF (perusahaan mature dengan arus kas stabil), DDM (perusahaan dividen), atau metode relatif (PER/PBV). -
Kumpulkan Data Keuangan
-
Laporan keuangan 3–5 tahun terakhir (Laporan Laba Rugi, Neraca, Arus Kas)
-
Proyeksi anuitas (analisis sell-side atau estimasi konservatif)
-
Rasio industri sebagai perbandingan (sumber: Bloomberg, Reuters, IDX).
-
Tentukan Parameter Diskonto & Pertumbuhan
-
Cost of equity (r): Bisa dihitung CAPM (r = Rf + β × ERP)
-
ERP (Equity Risk Premium): rata-rata 5–7% berdasarkan data historis pasar
-
g (growth rate): konservatif—biasanya di bawah tingkat pertumbuhan GDP jangka panjang
-
Hitung Nilai Kini & Harga Wajar
Gunakan rumus DCF atau DDM sesuai metode. Jika menggunakan PER/PBV, masukkan EPS atau BVPS dan PER/PBV target. -
Bandingkan dengan Harga Pasar
-
Undervalued: Harga pasar < Harga wajar → Potensi beli
-
Overvalued: Harga pasar > Harga wajar → Pertimbangkan jual atau hold
-
Uji Sensitivitas
Jalankan skenario best-case dan worst-case dengan parameter r dan g yang berbeda (misal r ±1%, g ±1%) untuk melihat rentang harga wajar.
Contoh Perhitungan: Metode DCF untuk PT XYZ
Misal kamu ingin menghitung harga wajar saham PT XYZ. Data proyeksi arus kas bebas selama 5 tahun:
Tahun |
FCF (miliar Rp) |
1 |
50 |
2 |
60 |
3 |
70 |
4 |
80 |
5 |
90 |
-
Discount rate (r): 12%
-
Terminal growth (g): 4%
-
Jumlah saham: 1.000 juta lembar
1. Hitung PV arus kas tiap tahun:
PVt = FCFt / (1+r)^t
Contoh untuk Tahun 1:
PV1= 50 / (1+0,12)1 =44,64 miliar
Lakukan hal yang sama untuk t = 1…5, lalu jumlahkan → PV Total ≈ 263 miliar.
2. Hitung Terminal Value (TV):
TV= FCF5 × (1+g) / r−g = 90×1,04 / 0,12 − 0,04 = 1.170 miliar
Diskontokan ke PV:
PVTV = 1.170 (1,12)^5 ≈ 661 miliar
3. Total Enterprise Value (EV): EV ≈ 263 + 661 = 924 miliar
4. Harga Wajar per Saham:
Intrinsic Value per Share = EV − Net Debt / Jumlah Saham
Misal net debt = 100 miliar, saham 1.000 juta lembar, maka:
924−100 / 1.000 = 0,824 juta Rupiah per saham
Tips Praktis bagi Investor Pemula
-
Mulai dari Metode Sederhana: Gunakan PER/PBV untuk screening awal.
-
Pelajari Laporan Keuangan: Pahami komponen arus kas, rugi laba, dan neraca.
-
Perbaharui Asumsi Secara Berkala: Kondisi ekonomi dan suku bunga berubah—sesuaikan discount rate & growth rate.
-
Kombinasikan Metode: Misal, gunakan DCF untuk 2–3 prospek terbaik setelah screening PER/PBV.
-
Gunakan Spreadsheet: Excel/Google Sheets mempermudah perhitungan NPV, PV, dan skenario sensitivitas.
-
Perhatikan Margin of Safety: Sisihkan buffer minimal 10–15% di bawah harga wajar untuk antisipasi kesalahan asumsi.
Mulailah trading sekarang di Dupoin #One-Stop Trading Platform! Download aplikasinya untuk mendapatkan update terbaru seputar dunia trading dan investasi. Dan jangan lupa untuk selalu membagikan konten ini ke sesama trader lainnya. Semoga bermanfaat!