Pasardana.id - Riset harian fixed income BNI Sekuirtas menyebutkan, tren penguatan harga Surat Utang Negara (SUN) masih berlanjut pada sesi perdagangan di hari Rabu.
Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0104) tidak bergerak di level 6,58%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0103) turun sebesar 2 bp ke level 6,85%.
Data Bloomberg menunjukkan yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) turun sebesar 2bp ke level 6,87%.
Level yield curve SUN 10-tahun saat ini mendekati batas bawah dari estimated range di minggu ini, yaitu di kisaran 6.86-7.07%.
Volume transaksi SBN secara outright traded tercatat sebesar Rp31,9 triliun di hari Rabu, lebih tinggi dari volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp25,4 triliun.
FR0103 dan FR0104 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing - masing sebesar Rp6,3 triliun dan Rp5,2 triliun.
Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp4,2 triliun.
Data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS cenderung menguat.
Pada hari Rabu, Rupiah menguat 0,94% dari level Rp16.761/US$ pada hari Selasa menjadi Rp16.603/US$.
Apresiasi Rupiah berlanjut pada hari Kamis, di mana Rupiah kembali menguat sebesar 0,16% menjadi Rp16.577/US$.
Dari eksternal, menurut estimasi awal yang dirilis oleh US Bureau of Economic Analysis (BEA) pada 30 April 2025, PDB riil AS mengalami kontraksi sebesar 0,3% secara tahunan pada kuartal pertama 2025.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh lonjakan impor—yang mengurangi perhitungan PDB—karena perusahaan-perusahaan bergegas mengimpor barang sebelum tarif baru Pemerintahan Trump berlaku.
Namun, peningkatan dalam investasi, konsumsi rumah tangga, dan ekspor meng-offset sebagian besar penurunan tersebut.
Selain itu, BEA juga merilis data Personal Consumption Expenditure (PCE) untuk bulan Maret 2025.
PCE Price Index, yang mencerminkan inflasi konsumen, tetap stabil pada bulan Maret 2025, dengan tingkat inflasi tahunan melambat menjadi 2,3% dari 2,7% pada Februari.
Core PCE Price Index, yang mengecualikan harga makanan dan energi, juga menunjukkan perlambatan, dengan tingkat tahunan turun menjadi 2,6% dari 3,0% pada bulan sebelumnya.
Data ini mengindikasikan bahwa inflasi mendekati target 2% yang ditetapkan oleh Federal Reserve.
Indikator global menunjukkan fluktuasi sentimen pada selama dua hari terakhir.
Yield curve US Treasury (UST) 5-tahun sempat turun sebesar 5bp dari posisi hari Selasa menjadi 3,72%, namun kembali meningkat sebesar 9bp menjadi 3,81% pada hari Kamis.
Serupa, yield curve UST 10-tahun juga sempat turun sebesar 2bp menjadi 4,17% pada hari Rabu sebelum kembali meningkat sebesar 8bp menjadi 4,25% pada hari Kamis.
Sementara itu, Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia meningkat sebesar 2bp menjadi 98bp pada hari Rabu dan masih bertahan di level tersebut.
“Dengan mempertimbangkan kondisi pasar di atas, BNI Sekuritas melihat adanya potensi meningkatnya volatilitas pada harga dan yield instrumen SBN berdenominasi Rupiah. Berdasarkan valuasi yield curve, BNI Sekuritas memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0094, FR0099, FR0087, FR0103,” sebut Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe dalam riset Jumat (02/5).