

Market Analysis
Bloomberg Technoz, Jakarta - Di tengah berbagai gejolak ekonomi global dan ancaman inflasi yang kian mengintai, emas kembali menjadi primadona investasi. Logam mulia ini bukan sekadar simbol kemewahan, melainkan menjadi benteng kekayaan yang kokoh bagi para miliarder dunia.
Kondisi pasar saat ini menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap emas makin kuat. Dalam beberapa pekan terakhir, harga emas terus mengalami lonjakan signifikan, mencerminkan permintaan yang meningkat secara global. Fenomena ini turut menarik perhatian banyak pihak, termasuk investor ritel hingga para pemilik kekayaan besar dunia.
Harga Emas Cetak Rekor Tertinggi, Sentuh Rp2 Juta per Gram

Pada Selasa, 22 April 2025, harga emas di pasar spot global tercatat melonjak ke level US$3.428,71 per gram. Ini merupakan angka yang sangat tinggi, mencerminkan permintaan yang melampaui ekspektasi pasar.
Sementara itu, di Indonesia, harga emas melesat hingga menyentuh rekor tertinggi, yaitu sekitar Rp2 juta per gram. Angka ini menciptakan euforia tersendiri di kalangan masyarakat. Banyak orang melihat ini sebagai peluang emas—secara harfiah—untuk memperkuat portofolio investasi mereka.
Peningkatan harga emas tak hanya terjadi karena naiknya permintaan, tetapi juga karena situasi global yang penuh ketidakpastian. Konflik geopolitik, suku bunga tinggi, serta kekhawatiran akan resesi membuat banyak investor beralih ke aset safe haven seperti emas.
Miliarder Dunia Pegang Emas: Siapa Saja Mereka?
Bukan hanya masyarakat biasa yang memborong emas. Sejumlah tokoh kelas dunia, yang dikenal sebagai investor ulung, juga tercatat memegang emas dalam jumlah besar.
Bagi mereka, emas bukan sekadar investasi, tetapi bagian dari strategi pelindung kekayaan jangka panjang. Berikut daftar 5 miliarder pemilik simpanan emas terbesar di dunia yang dilansir dari berbagai sumber.
1. John Paulson: Raja Hedge Fund yang Taruhan Besar pada Emas

John Paulson dikenal sebagai manajer hedge fund kawakan yang pernah mengantongi miliaran dolar dari krisis subprime mortgage. Ia memandang emas sebagai instrumen utama untuk menghadapi potensi pelemahan dolar AS.
Paulson bahkan sempat menjadi kandidat Menteri Keuangan saat pemerintahan Donald Trump. Tak heran, saat kebijakan Trump memicu lonjakan harga emas, portofolio Paulson meroket drastis. Ia termasuk salah satu pemegang emas swasta terbesar di dunia.
2. Eric Sprott: “Penyembah” Logam Mulia dari Kanada

Eric Sprott adalah nama besar dalam dunia investasi logam mulia. Miliarder asal Kanada ini diketahui mengalokasikan sekitar 90% kekayaannya ke dalam emas dan perak.
Kekayaan bersihnya yang lebih dari US$1,1 miliar menjadi bukti keberhasilannya dalam memanfaatkan fluktuasi harga emas dan perak. Ia tak hanya menyimpan emas, tetapi juga aktif mendanai perusahaan tambang logam mulia.
3. George Soros: Investor Legendaris yang Tetap Percaya Emas

George Soros, investor legendaris yang kini berusia 94 tahun, masih mempercayai emas sebagai aset pelindung kekayaan. Ia diketahui memiliki US$264 juta dalam ETF SPDR Gold Trust dan saham Barrick Gold Corp.
Meski dikenal sering menjual emas saat harga tinggi, Soros tetap konsisten mengandalkan emas sebagai instrumen lindung nilai terhadap gejolak pasar dan kebijakan moneter longgar.
4. Ray Dalio: Pendiri Bridgewater yang Hindari Utang, Pilih Emas

Ray Dalio kerap mengingatkan dunia akan risiko tumpukan utang global. Pendiri Bridgewater Associates ini menyarankan investor untuk menjauhi aset berbasis utang dan beralih ke emas sebagai pengaman.
Menurut Dalio, dalam situasi ekonomi dunia yang tak menentu, memiliki sebagian kekayaan dalam bentuk emas adalah langkah bijak. Portofolionya mencerminkan keyakinan itu dengan porsi emas yang signifikan.
5. Stanley Druckenmiller: Miliarder AS yang Percaya pada Emas Tambang

Stanley Druckenmiller, mantan ketua Duquesne Capital, juga termasuk miliarder yang menyukai emas, terutama dalam bentuk ETF tambang emas. Kekayaan bersihnya yang mencapai US$6,9 miliar menjadi bukti bahwa strategi ini menguntungkan.
Ia percaya bahwa emas tambang memiliki potensi pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan emas fisik, terutama saat harga emas berada dalam tren naik.
Mengapa Emas Kembali Dilirik di 2025?

Kenaikan harga emas di 2025 bukan tanpa alasan. Ada beberapa faktor utama yang mendorong tren ini, antara lain:
-
Ketidakpastian Geopolitik Global
Konflik di beberapa kawasan dunia membuat investor mencari instrumen yang lebih stabil. Emas menjadi pilihan utama karena nilainya tidak tergantung pada kebijakan satu negara. -
Inflasi yang Tak Kunjung Turun
Meski banyak bank sentral menaikkan suku bunga, inflasi tetap tinggi di banyak negara. Emas, yang secara historis tahan terhadap inflasi, jadi pelarian ideal. -
Ketakutan Akan Resesi
Prediksi resesi di berbagai negara membuat banyak investor mengurangi eksposur di saham dan beralih ke emas sebagai aset perlindungan nilai. -
Penurunan Kepercayaan terhadap Mata Uang Fiat
Ketika kepercayaan terhadap mata uang kertas seperti dolar dan euro menurun, emas menjadi alternatif penyimpan nilai yang dipercaya sejak ribuan tahun.
Emas vs Aset Lain: Masihkah Relevan di Era Teknologi?
Meski dunia investasi kini diramaikan oleh aset digital seperti kripto dan saham teknologi, emas tetap menunjukkan eksistensinya. Salah satu keunggulan emas adalah stabilitas nilainya dalam jangka panjang.
Sementara saham bisa naik-turun drastis tergantung pada kinerja perusahaan, dan kripto terombang-ambing oleh sentimen pasar, emas cenderung lebih stabil. Ini menjadikannya cocok sebagai alat lindung nilai, bukan hanya instrumen spekulatif.
Para investor bijak biasanya menyarankan untuk mengalokasikan sekitar 5-10% portofolio dalam bentuk emas. Ini dilakukan bukan untuk mengejar keuntungan cepat, tapi untuk menjaga nilai kekayaan dalam jangka panjang.