

Market Analysis

(Vibiznews – Index) – Bursa saham Wall Street kembali alami tekanan jual yang cukup signifikan pada perdagangan yang berakhir Selasa dinihari (4/2/2025), setelah akhir pekan lalu dibebani rencana penetapan tarif impor kepada Kanada, Meksiko dan Tiongkok.
Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif 25% untuk barang-barang dari Meksiko dan Kanada serta pungutan 10% untuk impor dari Tiongkok pada hari Sabtu lalu (1/2/2025).
Momen tersebut telah menekan perdagangan saham global baik di Asia dan juga Eropa, namun di Wall Street terjadi pemulihan yang moderat dengan indeks masih di zona merah.
Indeks Nasdaq turun 1,3% pada 19.391,96 setelah sempat anjlok 2,25%, indeks S&P 500 turun 0,8% menjadi 5.994,57 dan Dow Jones turun 0,3% menjadi 44.421,91.
Upaya pemulihan saham di Wall Street terjadi setelah Presiden Donald Trump mengonfirmasi bahwa ia telah mencapai kesepakatan dengan Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum untuk menunda tarif selama satu bulan.
Sheinbaum berjanji akan segera memperkuat perbatasan utara Meksiko dengan 10.000 anggota Garda Nasionalnya untuk mencegah perdagangan fentanil ke Amerika Serikat.
Sementara itu Presiden Trump juga mengancam kemungkinan tarif terhadap Inggris dan Uni Eropa, yang menandai eskalasi yang signifikan.
Tarif impor baru untuk 3 negara tersebut yang kemudian dibalas dengan tindakan yang sama memberikan kekhawatiran terjadi perang dagang yang dapat merugikan perusahaan-perusahaan besar serta menghambat pertumbuhan global.
Tarif tersebut juga dapat menyebabkan kekhawatiran inflasi baru, yang menyebabkan Federal Reserve menahan suku bunga lebih lama.
Secara sektoral, saham perangkat keras komputer sempat menguat sebelum berakhir dengan NYSE Arca Computer Hardware Index turun 2,6%.
Pelemahan yang cukup besar juga terlihat di antara saham perumahan, sebagaimana tercermin dari penurunan sebesar 2,4 persen oleh Philadelphia Housing Sector Index.
Namun pergerakan sebaliknya terpantau pada saham emas yang masih positif seiring dengan penguatan harga logam mulia.