

Market Analysis
Menjelang pemilu presiden, pasar saham terus menunjukkan tren positif yang cukup kuat. Banyak yang bertanya-tanya, apakah kenaikan ini akan berlanjut setelah pemilihan, tergantung siapa yang menang: Wakil Presiden Kamala Harris atau mantan Presiden Donald Trump. Sejauh ini, indeks S&P 500 telah naik lebih dari 20% pada tahun ini, sama seperti pada tahun 2023. Sementara itu, Nasdaq mengalami kenaikan sebesar 23%, dan Dow Jones Industrial Average naik 14%.
Menurut para ahli, siapa pun yang menang, pasar saham kemungkinan besar akan terus bergerak naik dalam jangka panjang. Namun, kebijakan masing-masing kandidat dapat menguntungkan jenis saham tertentu dan menghadirkan risiko yang berbeda. Berikut ini ulasan mengenai dampak potensial kemenangan Harris atau Trump terhadap pasar saham, yang dirangkum berdasarkan laporan dari sumber Yahoo Finance (23/10).
Baca juga: Memahami Pengaruh CPI dan Inflasi pada Keputusan Trading
Apa yang Bisa Terjadi Jika Trump Menang?

Jika Trump kembali menjabat, ia telah berjanji untuk memperpanjang pemotongan pajak bagi perusahaan yang diberlakukan pada masa jabatannya yang pertama. Pemotongan pajak ini dijadwalkan mulai berakhir pada tahun 2025. Jika kebijakan ini disetujui oleh Kongres, akan ada keuntungan bagi perusahaan karena pajak yang lebih rendah dan regulasi yang lebih longgar. "Pajak memiliki dampak yang signifikan," kata Peter Morici, seorang profesor di University of Maryland kepada Yahoo Finance. "Dengan Trump kembali, ini akan seperti membuka peluang besar bagi pertumbuhan."
Sektor-sektor seperti minyak dan gas serta teknologi kecerdasan buatan (AI) mungkin akan lebih diuntungkan di bawah kebijakan Trump. Di sisi lain, perusahaan yang bergerak di bidang energi terbarukan seperti tenaga surya dan kendaraan listrik bisa terdampak negatif jika Trump mengurangi insentif yang telah diberikan oleh pemerintahan Biden. Seperti yang disebutkan oleh Callie Cox, kepala strategi pasar di Ritholtz Wealth Management, "Undang-Undang Pengurangan Inflasi adalah hal besar bagi saham-saham energi terbarukan, dan kita belum tahu apa yang akan terjadi jika kebijakan itu berubah."
Namun, ada beberapa kebijakan yang bisa menjadi ancaman bagi pasar saham. Trump berencana menerapkan tarif hingga 20% untuk barang impor, yang menurut para ekonom bisa menaikkan harga barang di dalam negeri. Selain itu, rencana deportasi besar-besaran terhadap imigran ilegal juga dikhawatirkan akan menyebabkan kekurangan tenaga kerja.
Jika Trump memutuskan menggunakan kebijakan yang lebih keras, seperti memanfaatkan militer secara domestik atau menerapkan tarif tinggi, ini bisa memberikan tekanan besar bagi pasar saham. "Jika kebijakannya terlalu keras dan antidemokrasi, hal ini akan sangat membebani pasar," jelas Morici kepada Yahoo Finance.
Baca juga: Elliott Hill Pemimpin Baru Nike, dari Anak Magang hingga Jadi CEO
Bagaimana Jika Harris Menang?

Jika Harris terpilih, kemungkinan besar harga saham akan tetap meningkat seperti yang terjadi selama masa pemerintahan Presiden Joe Biden. Namun, Harris juga berencana untuk menaikkan pajak perusahaan dari 21% menjadi 28%. Kenaikan ini mungkin akan mengurangi keuntungan perusahaan dan memperlambat pertumbuhan pasar saham. Meski demikian, menurut Reena Aggarwal, profesor di Universitas Georgetown, kebijakan ini belum tentu akan langsung berlaku. "Ini bukan hal yang mudah untuk diterapkan," katanya. "Butuh waktu dan proses yang panjang."
Sektor yang akan mendapat manfaat jika Harris menang adalah teknologi terbarukan, seperti energi hijau dan kendaraan listrik. Ini karena kebijakan Harris diperkirakan akan mendukung investasi pada teknologi ramah lingkungan. Namun, pasar saham di bawah Harris juga akan dipengaruhi oleh suku bunga dan kebijakan Federal Reserve. Biasanya, ketika suku bunga naik untuk menekan inflasi, harga saham bisa mengalami tekanan.
Harris juga memiliki rencana untuk menekan kenaikan harga barang kebutuhan sehari-hari, seperti bahan makanan dan obat-obatan. Salah satu caranya adalah dengan melarang praktik harga yang tidak wajar di pasar. Meski begitu, dampak jangka panjang terhadap pasar saham lebih bergantung pada kondisi ekonomi secara keseluruhan daripada kebijakan presiden tertentu. "Jika Anda seorang investor jangka panjang, politik tidak akan terlalu berpengaruh pada portofolio Anda," kata Cox.
Download segera aplikasi Dupoin #One-Stop Trading Platform agar tidak ketinggalan informasi menarik lainnya seputar dunia trading atau investasi lainnya, dan jangan lupa untuk selalu membagikan konten ini ke sesama trader lainnya. Semoga bermanfaat!